Tampil di Surabaya, Teater Gandrik Ingin Gelorakan Seni Teater
Tim pementasan Teater Gandrik melakoni pentas ketiganya di Surabaya. Rencananya Butet Kartaredjasa dan kawan-kawan mementaskan lakon Para Pensiunan 2049 di Ciputra Hall, Surabaya, 6-7 Desember 2019.
Pelaksana acara, Arif Afandi mengatakan, jika kegiatan ini sengaja digelar untuk membangkitkan semangat pengembangan seni dan budaya yang dulu sangat dikenal banyak orang.
Surabaya dahulu memiliki tim pementasan Bengkel Muda Surabaya yang saat itu begitu booming di beberapa daerah termasuk DI Yogyakarta base camp Teater Gandrik.
"Bagi kami menyelenggarakan ini sangat penting untuk merangsang peristiwa kebudayaan karena kita lihat jagad teater di Surabaya sangat kurang hidup dan bergairah," ungkap pria yang juga CEO ngopibareng.id itu dalam konferensi pers di Coffee Toffee Taman Apsari, Surabaya, Kamis 5 Desember 2019.
Ia mengatakan, kehadiran para senior dunia seni teater yang tergabung dalam Teater Gandrik akan sangat bisa menggairahkan anak-anak muda saat ini mau untuk berseni teater.
"Jadi kami berkomitmen bagaiman menggerakkan peristiwa kebudayaan dengan guyon yang memberikan pancingan pada kita untuk merenung tentang kondisi di sekitar kita. Setelah Pilpres kembali ke kebudayaan bukan duduk di tengah politik. Sebab, kalau kesenian budaya kita bagus bangsa kita juga akan bagus," imbuhnya.
Bahkan, untuk mewujudkan impian itu, Arif mengaku sempat kesulitan karena dibutuhkannya pengeluaran besar. Namun, karena semangat gotong royong dari pihak lain akhirnya pentas ini bisa segera digelar.
Di sisi lain, Butet Kartaredjasa sangat antusias menyambut pementasan yang akan dimulai besok malam. Sebab, ia mengenal Surabaya memiliki sosok-sosok yang peduli akan budaya.
Itu terbukti ketika ia mengenal dan mencintai dunia teater ini karena melihat pementasan tim Bengkel Muda Surabaya.
"(Teater Gandrik) ada pengaruh tradisi Surabaya. Sejarahnya Gandrik produksi untuk TVRI Jogja, Jakarta dan Surabaya sehingga sangat hafal Surabaya. Jadi ada hubungan emosional. Ini saudara sekandung jadi mbaleni jejak sejarah yang mengantar perjalanan Teater Gandrik," ungkapnya.
Mendengar turunnya gairah teater di Kota Pahlawan membuatnya prihatin, namun dia sangat semangat untuk bisa kembali menggelorakan semangat teater.
Apalagi, lanjut Butet, di era milenial ini anak-anak muda sangat terpengaruh dengan gawai yang sangat sering digunakan untuk nonton film dan bermain.
Karena itu, ia mengapresiasi langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, terkait pemanfaatan seni dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia sangat perlu dilakukan.
"Orang belajar teater bukan hanya seni peran tapi ilmu kehidupan. Jadi dalam main teater di situlah manusia menyiapkan dirinya sebagai manusia karena belajar mendengar, mengartikulasikan pikiran, peka pada situasi di situlah terbentuk SDM berkualitas," ungkapnya.
Ia berharap, pada pertunjukan besok tidak hanya dilihat para pecinta seni saja, tapi juga siswa sekolah dan mahasiswa agar mengenal dan mencintai teater.