Tamim, Perangkai Seni Dari Pasar Loak
Surabaya: Apa yang sedang digelar di Galeri Surabaya (DKS) di kompleks Balai Pemuda adalah karya seni yang tidak biasa. Beberapa patung berdiri dengan berbagai ukuran. Ada yang seukuran sepatu, dan ada yang seukuran orang dewasa.
Di salah satu sudut dinding, ada patung laba-laba sedang menggelantung di jejaringnya. Di lantai, ada beberapa pesawat kecil, tank dan kendaraan perang lainnya.
Disebut tidak biasa, karena patung-patung itu terbuat dari berbagai barang bekas logam. Barang bekas apapun, dari mulai pegas, bember, rantang, peluru, gir, dan ratusan benda logam lainnya yang dirangkai hingga membentuk sosok yang artistic. Robot, wayang, ayam, leak, petinju, tentara roma, coboy, presiden, dan masih banyak lagi.
Siapa yang merangkai itu, dia adalah Tamim, yang sehari-hari memng bergelut dengan barang-barang bekas di Pasar Loak Surabaya. Lelaki berdarah Madura ini mengaku bukan seniman. Bahkan sama sekali tidak mengenal seni.
“Saya ndak tahu seni. Pokoknya barang-barang bekas yang saya dapat saya satukan dengan skrup, saya rangkai sampai jadi sesuatu. Entah jadinya apa saya ndak tahu, karena saya ndak tahu seni. Apakah karya saya ini termasuk seni atau bukan, saya juga ndak paham. Saya sama sekali ndak pernah belajar seni” kata Tamim.
Lebih menarik, karena Tamim merangkai berbagai logam bekas itu tanpa menggunakan las, melainkan skrup dan baut. Semuanya. “Saya ndak suka las, karena memang ndak bisa ngelas,” katanya.
Lahir di Bangkalan tahun 1977, sejak remaja laki-laki bernama lengkap Mochamad Badrun Tamim ini sudah akrab dengan barang bekas. Apalagi memang tempat tinggalnya di Tambak Mayor Selatan, tidak jauh dari Pasar Loak.
“Semua bahan saya dapatkan dari Pasar Loak. Tadinya setelah saya rangkai, saya bawa kembali ke sana. Sampai saya ketemu dengan mas Andy Respati. Barang saya dia beli, dan semua karya saya kemudian juga dia beli. Disamping membeli karya saya, dia juga memberi masukan, dan membawa saya pameran di sini,” kata Tamim di Galeri Surabaya. “Mas Andy adalah manager saya,” tambahnya.
Andy Respati sendiri melihat potensi karya-karya Tami ini bisa dikembangkan lebih jauh lagi. “Saya memang banyak memberi masukan, sehingga karya-karyanya lebih bisa diterima banyak orang. Saya memperkenalkan dia dengan konsep, misalnya untuk peringatan Hari Pahlawan, patungnya tentang pahlawan. Semacam itulah yang saya perkenalkan pada Tamim,” kata Andy Respati.
“Saya sendiri senang kalau Tamim membuat patung dengan konten Nusantara, misalnya wayang, leak, reog, barongan atau bentuk-bentuk lain yang mudah dikenal tetapi dengan bahan-bahan logam bekas. Tamim akan saya antarkan agar karya-karyanya lebih dikenal lebih luas,” kata Andy Respati. (nis)