Tambora Itu Gunungnya, Kalau Surganya Kuliner ya Datanglah ke Festivalnya, Ayooo
Festival Pesona Tambora 2018 menjadi surganya kuliner. Beragam kuliner khas Pulau Sumbawa tersaji lengkap di Sarae Nduha, Savana Doro Ncanga, Dompu, Nusa Tenggara Barat, Selasa (11/4). Keberagaman ini jadi potret kekayaan lain yang dimiliki Pulau Sumbawa selain nature dan culture.
Merepresentasikan kekayaan kuliner Sumbawa, Festival Pesona Tambora menyajikan corner spesial. Beragam kekayaan alam nabati Pulau Samawa ini terbingkai dalam etalase prodak-prodak berkualitas. Menegaskan sebagai sentra penghasil jagung, beragam prodak olahan pun dihasilkan daerah ini.
Produk tradisional yang tetap dilestarikan adalah Jago Sombu. Produk ini terbuat dari jagung dicampur gula dan parutan kelapa. Ada juga nasi jagung dan marning.
“Produk olahan jagung ini dihasilkan oleh IKM di Dompu. Jenisnya sangat beragam. Sebab, jagung saat ini jadi produk unggulan di daerah ini. Jumlahnya juga melimpah,” ungkap Ketua IKM Arika Liliek Maswary, Selasa (10/4).
Dari banyak jenis hasil kreativitas IKM di Dompu, ada minuman yang unik yaitu De Arika. De Arika ini sejatinya jus jagung yang diolah dengan treatment khusus. Minuman menggunakan bahan baku jagung muda, gula, dan susu.
Yang menarik, produk ini tidak menggunakan pengawet. Diproduksi IKM Arika, produksi mereka mencapai 1.500 botol per bulan. Harga yang ditawarkan Rp5.000-Rp7.000. Distribusinya di wilayah Dompu hingga Mataram.
“Jus jagung ini tidak difermentasi, sehingga harus cepat diminum. Produk ini sempat dikirim ke Malang dan Jakarta dengan cara dibekukan. Selain jus jagung, IKM kami juga tetap mempeoduksi prodak olahan lain. Untuk jus jagung ini baru jalan beberapa tahun terakhir,” tutur Liliek lagi.
Sebelum melebarkan sayap dengan minuman olahan jus jagung, IKM Arika sempat menekuni produk berbahan dasar ubi dan pisang. Namun seiring dengan perubahan fungsi lahan yang ditanami jagung, IKM ini pun menambah lagi unit usahanya.
Pulau Sumbawa memang berubah menjadi sentra penghasil jagung dan ekspor perdana dilakukan pada 2017. Mengunakan Filipina sebagai tujuan ekspor, mereka juga mengapalkan kembali 30.000 ton pada akhir Maret 2018.
“Eksperimen kami dengan jus akhirnya berhasil. Kami harus beberapa kali meminta pendapat rekan-rekan terkait hasil olahan jus jagung ini. Yang jelas, prodak ini semakin menambah potensi yang dimiliki Dompu dan Sumbawa pada umumnya. Sebab, luas lahan untuk tanaman jagung mencapai puluhan ribu hektar,” tutur Liliek lagi.
Selain jagung, kawasan Gunung Tambora juga terkenal sebagai penghasil kopi. Ada produk kopi yang dihasilkan daerah ini dengan kisaran harga Rp28.000.
Ada beragam jenis kopi yang sudah diolah, seperti kopi original Van Bredo dan Ori Coffee. Label kopi original tersebut menyesuaikan dengan unit bisnis yang memproduksinya.
Selain original, merka juga mengembangkan kopi plus jagung dengan label Kopi Jagung Oi Tambora.
“Kopi Tambora ini sangat terkenal. Rasanya sangat nikmat. Cita rasa kopi di Tambora sangat khas karena daerah di sini sangat minim air. Dan, para wisatawan selalu memilih kopi Tambora ini sebagai oleh-oleh,” kata Bagian Pengembangan Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Dompu Heri Rustaman.
Selain kopi, kawasan Gunung Tambora juga terkenal sebagai penghasil madu. Kawasan sentra madu terdapat di Dusun Nanga, Miro, Katupa, dan Kawinda. Sistem pengelolaan budi daya madu di sini pun unik.
Kawasan hutan penghasil madu disewakan kepada masyarakat dalam bentuk kapling. Lahan madu ini disewakan dengan banderol Rp3 Juta hingga Rp5 Juta per tahun sesuai luasannya.
Panen madu dilakukan setiap 2-3 bulan sekali. Dalam setahun, para petani madu ini mampu menghasilkan peodak hinga 1.000 liter. Harga per liter madu mencapai Rp100.000 hingga Rp120.000.
“Dana sewa lahan madu tersebut masuk ke kas desa. Produksi madu sangat bagus setiap tahunnya, bisa mencapai 1.000 liter. Kondisi hutan di Tambora masih sangat bagus. Alam masih terjaga. Jumlah pemukim masih minim, yaitu sekitar 15 rumah per dusun,” jelas Heri lagi.
Ada beragam jenis madu yang dihasilkan dari Gunung Tambora. Petani bisa menghasilkan madu bila bunga edelweis ini sedang dalam musim berbunga. Kalau pohon kesambi yang berbunga, maka madu yang dihasilkan berwarna kuning emas.
Kawasan ini juga menghasilkan madu hitam yang berasal dari bunga pohon asam jawa. Selain manis, pada area Gunung Tambora ini juga menghasilkan madu dengan rasa pahit yang berasal dari pohon rida.
“Madu yang dihasilkan ini sangat bergantung dari jenis bunganya. Dan, madu pahit ini sebenarnya yang paling banyak dicari karena memiliki khasiat untuk treatment kesehatan,” kata Heri lagi.
Dan, mengunjungi Pulau Sumbawa akan semakin lengkap dengan mengekplorasi susu kuda liarnya. Sebab, susu kuda liar dari Sumbawa sangat terkenal. Untuk kawasan Dompu, Desa Saneo sangat terkenal sebagai penghasil susu kuda liar karena banyaknya peternakannya di sana. Desa Saneo juga memiliki banyak IKM yang bergerak di bidang pengolahan susu kuda liar ini.
“Kawasan Tambora dan Pulau Sumbawa sangat terkenal dengan kulinernya. Bahkan prodak alam seperti madu dan susu kuda juga sangat melimpah hingga menjadi kekuatan lain pariwisata di sini. Ada banyak pilihan yang bisa dinikmati oleh wisatawan selama berada di sini,” jelas Staff Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti.
Setiap kuda di Sumbawa bisa menghasilkan satu susu per hari. Proses pemeraha biasanya dilakukan pagi dan sore hari. Usai diperah, para kuda biasana dilepas di alam terbuka. Berada bebas di alam, kuda punya potensi untuk mengonsumsi beragam tumbuhan sampai yang berkhasiat sebagai obat herbal. Etek makanan kuda inilah yang diperkirakan membuat susu yang dihasilkan memiliki khasiat tertentu.
Para peternak ini biasanya mendapatkan momentum susu terbanyak ketika kuda dalam tahap menyusui. Satu bulan setelah melahirkan hingga 5 bulan berikutnya adalah moment terbaik peoduksi susu kuda.
Semakin lama susu kuda liar ini diklaim akan semakin baik. Sebab, vermentasi susulah yang dicari para penikmatnya. Bila mau mengonsumsi susu yang tervermentasi, biasanya botol direndam dalam air panas lebih dahulu.
“Kuliner di Sumbawa sangat banyak dan unik dengan beragam manfaatnya. Potensi ini harus ditingkatkan lagi sehingga bisa mendatangkan banyak keuntungan lagi secara ekonomis. Kami berharap, ke depannya akan ada lebih banyak lagi kuliner beragam hasil bumi Tambora yang ditawarkan kepada wisatawan,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya. (*)