Tampang Jelek Sang Presiden, Tungku Api Peperangan
Kritik terhadap kebijakan seorang presiden, terkadang tak semuanya bisa disampaikan dengan demo. Soal-soal kecil, karakter dan langkah politik yang kurang populer, bisa menjadi sasaran kritik, memang.
Tapi, cara paling berkeadaban memang tidak dengan aksi demo. Aksi turun ke jalan terkadang justru disadari bisa mengganggu publik. Artinya, mengganggu kelancaran publik.
Nah, kritik humor menjadi bagian penting dari pemaknaan demokrasi di Amerika Serikat. Ini contohnya.
Tampang yang Jelek Lincoln
Tampang Abraham Lincoln agak jelek. Mengenai hal ini Presiden Amerika Serikat itu sendiri sama sekali tahu diri.
Sekali, seorang anggota Parlemen AS mengecamnya sebagai orang bermuka dua di depan umum.
Lincoln menjawab: "Kalau aku masih mempunyai paras yang lainnya, kamu pikir apakah aku masih mengenakan parasku yang sekarang ini?"
George Washington, Tungku Api Peperangan
Pada suatu malam, George Washington bersama dengan seorang tamu duduk di tepi tungku dinding sambil ngobrol. Api tungku dinding yang terletak di belakang punggung menyala marak sekali, Washington merasa terlalu panas, maka ia segera membaikkan badannya. Lalu duduk dengan posisi muka menghadap ke tungku dinding.
Seorang tamu yang hadir berkata dengan nada senda gurau: "Pak Jenderal, Bapak seharusnya dengan berani menentang api peperangan barulah benar. Tapi mengapa Bapak sekarang malah takut akan api peperangan?"
Washington menjawab dengan ketawa: "Ah, kamu sama sekali salah. Sebagai seorang jenderal, aku harus menghadapi api peperangan dan menerima tantangan. Jika aku menghadapkan punggungku ke arah api peperangan, bukankah aku akan menjadi pihak yang dikalahkan yang melarikan diri pada saat menjelang pertempuran?"
Advertisement