Tambak Cemandi Sidoarjo Tempat Ngabuburit Pemacing Maniak
Memasuki bulan puasa Ramadhan Tambak Cemandi Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo menjadi destinasi wisata dadakan. Tambak yang terletak di sekitar 10 km sebelah timur Bandara Internasional Juanda tak pernah sepi dari pemacing. Terlebih pada hari libur Sabtu dan Minggu, pengunjung semakin rame, mirip pasar tumpah.
Mobil dan motor berderet di sepanjang jalan desa. Pengunjung sebagian besar dari Surabaya tersebut, mempunyai tujuan yang sama, mancing bandeng sambil menunggu saad berbuka atau ngabuburit.
Memancing merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Meskipun kegiatan hanya duduk sambil menunggu, tetapi akan ada kepuasan saat mendapatkan sebuah ikan. Kepuasan itulah yang tidak bisa dibayarkan dengan apapun.
Di Sidoarjo, banyak tempat pemancingan, tinggal pilih. Beberapa diantaranya recommended, bisa sendiri atau bersama keluarga. Hasil tangkapan bisa masak di tempat, atau dibawa pulang agar bisa disantap bersama keluarga.
Di kawasan ini terdapat sekitar 10 lokasi pemancingan, pengunjung tinggal memilih pemancingan yang alami atau yang eksklusif. Yang membedakan hanya fasilitas, kalau jenis ikan cara mancingnya pun sama. Tidak ada perbedaan antara tambak alami dengan yang eksklusif.
Bedanya kalau kolam pemancingan eksklusif lebih privasi lokasinya tertutup, dilengkapi dengan tenda dan tempat duduk yang nyaman, sehingga terlindung dari sengatan matahari.
Salah satunya yang eksklusif itu adalah Kolam Pancing Auri Sedati Agung, salah satu objek wisata Sidoarjo yang ramai dikunjungi. Pengunjung betah berlama-lama main di sini karena tempatnya yang indah dan asri. Di lokasi ini tersedia 8 kolam dengan ukuran besar. Tujuannya agar pengunjung bisa memancing sepuasnya.
Adapun jenis ikan di Kolam Pancing Auri Sedati Agung ini beragam, yaitu ikan bandeng, ikan gurami, ikan patin, ikan nila, dan ikan tombro. Namun di antara ikan tersebut, bandeng yang paling mendominasi. Jadi, tidak heran bila nanti hasil tangkapannya lebih banyak ikan bandeng.
Fasilitasnya ada gazebo, lahan parkir, toilet, penginapan, dan warung makan. Kalau memancing di sini biaya yang dikeluarkan lebih besar beda dengan kolam pemancingan yang alami murah meriah. Seperti mancing di sungai. Harus siap beradu dengan terik matahari, karena tenda yanf disediakan di pinggir kolam pemangan seadanya, duduknya nglesot di tanah. Kalau mau nyaman menyewa kursi plastik pada pemilik kolam atau membawa alas dari rumah.
Dari pemantauan Ngopibareng.id pengunjung di kolam pemancingan tradisional lebih banyak pengunjungnya, meskipun minim fasilitas. Alasannya bisa menikmati pemandangan alam di sekitar tambak yang luas.
"Saya kalau mancing bersama teman teman, selalui di kolam pemancingan tradisional seperti di tambak Cemandi ini," kata seorang karyawati RS Haji Surabaya, Mariska Safitri. Ia baru tiba di lokasi pemancingan bersama teman temannya.
"Saya mancing awalnya cuma iseng dan ikut-ikutan. Tapi lama lama ketagihan," katanya.
Dua minggu sekali ia bersama teman kerja atau keluarga mancing di tambak Cemandi. Hasil mancing sebagian di masak di tempat untuk buka puasa rame rame, sebagian dibawa pulang. Kalau akan dimakan di tempat juga mudah. Di sekitar lokasi pemancingan terdapat rumah makan sekaligus tempat pembakaran ikan dan jasa pencabut duri. Untuk membersihkan duri, ongkosnya Rp3000/ekor.
"Kalau akan makan di tempat tinggal bayar nasi, sambal dan jasa memasak, dibakar atau digoreng," kata Mariska, Selasa 20 April 2021.
Mariska bersama bebera orang temannya mancing mulai pukul 14 hingga 16.30. Ia berhasil membawa pulang 6,5 kg bandeng.
"Lumayan", katanya sambil memamerkan bandeng yang akan ditimbang.
Pemancing lain menceritakan, bandeng di tambak daerah Sidoarjo, rasanya lebih gurih, tidak bau tanah.
"Saya dengar ceritanya seperti itu. Bandeng Sidoarjo lebih gurih. Apalagi kalau dimakan saat baru diangkat dari tempat pembakaran. Nasinya punel dan masih panas, sambel yang pedas ditambah lalapan. Nikmatnya, bisa mandi keringat" kata Wahyu.
Memancing katanya untuk terapi melatih kesabaran yang menyenangkan. Di bulan puasa ia lebih suka mancing sore hari sambil menunggu buka puasa dan momong, katanya.
Salah seorang pengelola pemancingan di tambak Cemandi, Suheri menuturkan macing di pemancingan tradisionalnya cara mudah. Tidak membawa peralatan pun tetap bisa memancing karena semuanya disediakan. Sewa pancing dan umpan cuma dipungut biaya Rp20.000.
Kalau sudah mau pulang hasil pancingan lalu diserahkan kepada pengelola. Untuk bandeng berukuran besar harganya Rp35.000 dan yang kecil Rp30.000/kg.
Di tempat lain ada yang dihitung per jam, dapat tidak dapat tetap bayar. Kalau berdasarkan hasil, kalau dapat saja bayar.
"Pemancing lebih suka dengan sistem hitung hasil daripada yang hitung waktu," kata pengelola.
Adanya destinasi wisata pemancingan di kawasan tambak Cemandi, setidak bisa menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar. Ada pemasukan dari parkir, rumah makan, penjualan makanan dan minuman serta jasa cabut duri.
"Sejak puasa pengungjungnya banyak. Alhamdulilah mulai ada pemasukan setelah lama sepi akibat pandemi Corona," tutur Suheri.