Tambah Modal Inti, BNI Syariah Kini jadi Bank BUKU 3
Bank BNI Syariah kini masuk dalam kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3, yaitu bank dengan modal inti antara Rp5 triliun hingga Rp30 triliun. Terdapat peningkatan modal inti perusahaan, dari Rp 4,56 triliun pada Desember 2019, menjadi Rp5 triliun per Maret 2020.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan tambahan modal sebesar Rp255 miliar diperoleh dari penyertaan tanah di Pejompongan. Nantinya di atas tanah itu akan dibangun kantor pusat BNI Syariah. “Mungkin 2021 akan kita bangun,” katanya, Kamis 28 Mei 2020.
Masuknya BNI kedalam kategori BUKU 3 menyebabkan tiga peluang bisnis berskala internasional terbuka, yaitu pembiayaan perdagangan, remitansi, serta ekspansi cabang di luar negeri.
Abdullah menuturkan dari pembiayaan perdagangan, terutama terkait Indonesia related business seperti bisnis impor dan ekspor, memiliki potensi meningkatkan portofolio perusahaan mencapai Rp100 miliar dari sisi fee based income. “Tapi dalam kondisi saat ini dan baru mulai pada Maret atau April kemungkinan kita bisa menambah fee based income Rp50 miliar sampai Rp70 miliar,” jelasnya.
Sementara, untuk remitansi atau pengiriman uang dari enam juta TKI juga memiliki potensi yang cukup besar kepada fee based income dari exchange rate dan komisi pengiriman uang yaitu mencapai Rp20 miliar sampai Rp30 miliar.
Selanjutnya untuk ekspansi cabang, rencananya BNI Syariah akan bersinergi dengan kantor cabang BNI yang berada di luar negeri seperti Singapura, Tokyo, London, Hong Kong, New York, dan Korea.
Menurut dia, saat ini banyak orang Indonesia yang tinggal di luar negeri mulai memilih menabung di bank syariah sehingga hal tersebut menjadi potensi tersendiri bagi BNI Syariah. “Banyak orang Indonesia di luar negeri rata-rata sudah ingin berhijrah untuk menabung di bank syariah,” ujarnya.
Ia mengaku pihaknya telah menyiapkan sumber daya manusia dan teknologi untuk merealisasikan bisnis tersebut, termasuk mengajak tenaga ahli yang akan ditempatkan di cabang untuk layanan advisory. “Kami harus menyiapkan SDM dan IT. Kalau IT kita bersinergi dengan bank induk lalu kalau SDM kita merekrut para pemilik sertifikat trade finance termasuk menyiapkan orang-orang yang trade finance advisory lalu ditempatkan di kantor cabang,” katanya.
Sementara itu, Direktur Kepatuhan BNI Syariah Tribuana Tunggadewi mengatakan penambahan permodalan sebesar Rp255 miliar telah direncanakan sejak 2019 dan dilakukan sebelum akhir Maret 2020 oleh pemegang saham. "Sebenarnya rencananya dari 2019. Pemegang saham akan menambahkan modal ke BNI syariah dalam bentuk aset tidak dalam bentuk tunai. Secara legal itu disebut dengan inbreng,” katanya.
Tribuana menuturkan penambahan modal pada Maret tersebut merupakan satu rangkaian dari rangkaian selanjutnya yaitu berupa inbreng aset BNI induk yang ada di Aceh dengan nilai Rp150 miliar. "Saat ini sedang dalam proses di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan direncanakan akan menambah modal BNI syariah di sekitar pertengahan atau akhir Juni 2020,” imbuhnya. (Ant)
Advertisement