Tambah 24 Kasus Baru, Positif Covid-19 Menjadi 130 Orang
Jumlah warga yang terpapar Covid-19 di Kota Probolinggo bertambah 24 orang pada Rabu, 8 Juli 2020 sehingga akumulasinya menjadi 130 orang. Melonjaknya pasien baru Covid-19 itu dilaporkan karena banyaknya rapid test yang disertai swab di Kota Probolinggo.
“Mengapa angka yang positif Covid-19 melonjak tajam? Ini karena banyaknya rapid test dilanjutkan swab. Ini risiko, harus dilaporkan secara riil,” kata Wawali Probolinggo, HM. Soufis Subri saat video conference (vidcon) bersama wartawan, Rabu sore, 8 Juli 2020.
Akumulasi 130 warga yang positif Covid-19 terinci, 24 terkonfirmasi baru, 78 dirawat di Probolinggo, 3 dirawat di Surabaya, 46 sembuh, dan 3 meninggal dunia.
“Yang dirawat di Probolinggo, sebanyak 40 dirawat di RSUD dr Mohamad Saleh, sisanya 38 dirawat di safe house,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19, dr Abraar HS. Kuddah SpB yang mendampingi wawali.
Selain itu, satgas juga melaporkan, sebanyak 393 orang di Kota Probolinggo berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP). Yakni, menjadi positif 2, dalam pemantauan 26, selesai pemantauan 367.
“Yang termasuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP) ada 48 orang terinci, menjadi positif 1, dalam pengawasan 6, selesai pengawasan 34, dan 8 orang meninggal dunia,” kata wawali.
Politisi Partai Demokrat itu mengingatkan agar warga meningkatkan kewaspadaannya terhadap virus yang belum ada vaksinnya itu. “Apalagi biaya perawatan per orang pasien Covid-19 di Kota Probolinggo sekitar Rp5-7,5 juta per hari. Kalau yang sakitnya parah dan memakai ventilator biayanya di atas Rp10 juta per hari,” katanya.
Belum lagi mereka yang pernah merasakan terpapar Covid-19 mengaku, tersiksa seperti orang tenggelam. “Ada yang merasa seperti ada pecahan kaca di tenggorokannya. Ini peringatan bagi kita semua,” tambahnya.
Sementara itu, menjawab pertanyaan wartawan soal mahalnya biaya pemeriksaan rapid tes anti bodi di Probolinggo, dr Abraar menjelaskan alasannya. Hal itu terkait rapid test kit yang digunanakan untuk memeriksa sampel darah.
“Ibaratnya, kita pergi ke Surabaya bisa naik Avanza, bisa juga Mercy, biayanya kan beda,” katanya. Warga yang rapid test mandiri pun dipersilakan untuk memilih.
Soal SE Menkes No. HK.02.02/I/2875/2020 tentang Batasan Tarif Tertinggi Pemeriksaan Rapid Test Anti Bodi tanggal 6 Juli 2020, Plt Direktur RSUD dr Mohamad Saleh itu mengaku, sudah menerimanya. “Tarif tertinggi rapid test sesuai SE Menkes memang Rp150 ribu, tetapi sisi lain sampai hari ini alat rapid test-nya belum kami terima,” katanya.
Dokter spesialis bedah itu menambahkan, informasinya, Indonesia akan memproduksi rapid test kit sehingga biaya rapid test terjangkau. “Infonya, alat rapid test tersebut diproduksi Agustus 2020 mendatang,” ujarnya.
Kini, RSUD dr Mohamad Saleh menggunakan rapid test terbaru. “Kami menggunakan clia waived covid rapid test, yang akurasi sensitivitasnya lebih tinggi dibandingkan biasanya,” kata Abraar.
Advertisement