Taman Nasional BTS Diperindah 430 Sarana Hunian Wisata
Panorama alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang terkenal indah tahun 2021 ini semakin cantik. Sebab Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perumahan membangun Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta).
Sebelumnya, 2020 lalu, pemerintah membangun infrastruktur lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Manado–Likupang. Pembangunan di DPSP ini kembali dilanjutkan pada tahun ini.
Sisi lain, pada 2021 ini pemerintah membangun lima Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) unggulan prioritas lainnya yang juga ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 seperti Morotai di Maluku Utara, Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, Raja Ampat di Papua Barat, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Bromo-Tengger-Semeru di Jawa Timur
Dukungan Kementerian PUPR salah satunya dilaksanakan Pembangunan rumah wisata ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Perpres No. 109 Tahun 2020 untuk meningkatkan kualitas rumah warga sekitar kawasan pariwisata menjadi layak huni dan sekaligus dapat dimanfaatkan untuk usaha pondok wisata (homestay) dan usaha pariwisata lainnya, sehingga dapat mendorong perekonomian masyarakat setempat.
“Pemerintah meyakini bahwa sektor ekonomi utama yang dapat rebound dengan cepat adalah sektor pariwisata. Terkait hal ini, Kementerian PUPR akan merenovasi rumah warga agar layak untuk dijadikan homestay di kawasan wisata sehingga masyarakat setempat bukan hanya jadi penonton, tetapi bisa menikmati kue pariwisata,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono beberapa waktu lalu.
Pada tahun 2021, program peningkatan kualitas rumah swadaya di KSPN Morotai, Tanjung Kelayang, Raja Ampat, Wakatobi, dan Bromo-Tengger-Semeru disalurkan sebanyak 900 unit dengan alokasi anggaran Rp54,7 miliar.
Desain renovasi rumah warga menjadi Sarhunta dimodifikasi lebih modern, tetapi tidak meninggalkan kearifan lokal sebagai upaya menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menginap.
Untuk Sarhunta sebanyak 170 unit di KSPN Morotai salah satunya dibangun di permukiman warga di Desa Galo Galo, Kecamatan Morotai Selatan, yang telah menobatkan dirinya sebagai Desa Wisata Mandiri.
KSPN Tanjung Kelayang sebanyak 90 unit, KSPN Raja Ampat sebanyak 90 unit, KSPN Wakatobi 120 unit, dan KSPN Bromo-Tengger-Semeru sebanyak 430 unit.
Lima KSPN unggulan tersebut merupakan bagian dari 10 “Bali Baru” yang dikembangkan pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Dengan terbangunnya infrastruktur pendukung KSPN, diharapkan akan meningkatkan produktivitas sektor pariwisata menjadi sektor andalan untuk mendatangkan devisa, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
‘Pagar Ayu’ TNBTS
Ibarat pengantin, Bromo Tengger Semeru kini dikelilingi barisan penerima tamu yang terdiri atas 430 gadis cantik. “Sebanyak 430 unit Sarhunta memang dibangun mengelilingi Taman Nasional Bromo—Tengger-Semeru, tersebar di empat kabupaten yakni, Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang,” kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) KSPN Bromo-Tengger-Semeru, Sumarno.
Ditemui ngopibareng.id di kawasan Laut Pasir (Kaldera) Bromo, Senin, 6 Desember 2021, Sumarno menjelaskan, apa itu Sarhunta. “Di Jawa Timur, termasuk di kawasan Bromo-Tengger-Semeru, program ini memang tergolong baru karena diluncurkan pada 2021 ini. Sebenarnya, program serupa sudah diwujudkan pada 2020 lalu,” katanya.
Kegiatan Sarhunta, kata pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah itu, diwujudkan dalam dua bentuk yakni, usaha penginapan (homestay) dan usaha lainnya seperti, warung, kedai, hingga galeri penjualan cenderamata.
“Yang kedua non-usaha diwujudkan dalam bentuk penataan kawasan wisata, penataan lingkungan seperti, drainase, jalan, hingga lampu penerangan lingkungan. Tujuannya agar wisatawan nyaman dan tertarik berkunjung ke tempat wisata, baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara,” katanya.
Program ini ditawarkan kepada masyarakat yang menginginkan “bedah rumah” (bangunan) untuk homestay, kedai, warung, dan tempat usaha lainnya. “Selain itu kami menerima usulan dari yang dikoordinir pemda hingga desa setempat. Usulan itu kemudian kami verifikasi, mana yang layak, mana yang tidak,” ujarnya.
Di antaranya syarat (kelayakan) itu, warga mempunyai satu-satunya rumah tinggal, status rumah atau tanahnya jelas di antaranya, sudah bersertifikat.
Setelah melalui verifikasi data, akhirnya yang disetujui untuk dibangun sebanyak 430 Sarhunta di empat kabupaten di kawasan TN BTS. Terinci, 120 homestay dan usaha lainnya, serta 310 sarana non-usaha.
Bantuan diberikan secara gratis kepada semua penerima manfaat. “Sifatnya hibah kepada masyarakat,” kata Sumarno.
Untuk tempat usaha, warga dibantu Rp100 juta, tetapi diharapkan bertambah melalui swadaya. “Kami bantu untuk tempat usaha Rp100 juta, untuk swadaya tidak ada batasan, silakan ditambah sendiri sesuai kemampuan. Sedangkan non-usaha seperti, perbaikan lingkungan dibantu Rp35 juta,” ujarnya.
Disinggung kewajiban warga sebagai penerima bantuan, Sumarno mengatakan, sebatas merawan sarana yang telah dibangun. “Nanti dibentuk kelompok-kelompok sadar wisata (Pokdarwis) untuk mengelola tempat usaha sekaligus pemasaran, bahkan pemasaran melalui online,” katanya.
Bahkan para pemilik usaha diimbau bersaing secara sehat terkait tarif homestay. “Misalnya, homestay ditawarkan Rp200-250 ribu,” kata Sumarno.
Tentu saja pelaku usaha (homestay) harus bersabar selama pandemi Covid-19. Sebab, tingkap hunian (okupansi) homestay, bahkan hotel, sedang turun drastis bahkan sebagian besar okupansinya kosong.
Disinggung kendala yang dihadapi selama menggarap proyek di kawasan TN BTS, Sumarno mengakui, memang ada. “Di awal pandemi Covid-19 misalnya, ada sedikit kendala memulai kegiatan. Pasokan material bahan bangunan juga menjadi kendala, sebab lokasi proyek relatif jauh dari toko-toko bangunan,” katanya.
Kendala sosial seperti penolakan warga? “Bisa dikatakan tidak ada, justru dukungan warga mengalir,” ujarnya.
Penerimaan masyarakat Tengger ditopang kondisi alam dengan panorama indah membuat banyak pihak yang terlibat proyek Sarhunta ini senang. “Semuanya, teman-teman termasuk pendamping, pelaksana, tenaga ahli senang bekerja di lingkungan pariwisata yang indah,” kata Sumarno.
Advertisement