Taliban Siap Ambil Alih Bandara Kabul
Pasukan Taliban telah menutup bandara Kabul bagi sebagian besar warga Afghanistan yang berharap untuk dievakuasi. Sementara militer Amerika Serikat dan NATO kemarin mulai menghentikan pengangkutan udara yang kacau. Pasukan terakhir AS akan mengakhiri dua dekade pasukan mereka berada di Afghanistan.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid hari Sabtu kemarin mengatakan, seperti dikutip Al Jazeera, bahwa pasukannya telah menempati beberapa posisi di dalam bandara dan siap untuk mengambil kendali secara damai setelah pasukan Amerika yang terakhir diterbangkan. Namun juru bicara Pentagon John Kirby membantah klaim tersebut.
Taliban mengerahkan pasukan tambahan di luar bandara untuk mencegah kerumunan besar berkumpul setelah pemboman hari Kamis. Pos-pos pemeriksaan baru bermunculan di jalan-jalan menuju bandara, beberapa diawaki oleh pejuang Taliban berseragam dengan Humvee dan kacamata penglihatan malam yang diambil dari pasukan keamanan Afghanistan. Area di mana orang banyak berkumpul selama dua minggu terakhir untuk mengungsi, sebagian besar telah kosong.
Sejak Jumat malam, militer AS telah menarik kembali pasukannya dan menyerahkan pos penjagaannya kepada Taliban di perimeter luar bandara Kabul dan di beberapa posisi di dalam bandara, sebelum batas waktu untuk penarikan terakhir pasukannya pada 31 Agustus.
Sementara itu para pemimpin Barat mengakui bahwa penarikan mereka berarti meninggalkan beberapa penduduk lokal yang membantu mereka selama bertahun-tahun, dan mereka berjanji untuk mencoba terus bekerja dengan Taliban untuk mengizinkan sekutu lokal pergi setelah tenggat waktu pada Selasa, 31 Agustus.
Menurut data, militer AS dan sekutunya telah mengevakuasi 112.000 warga Afghanistan dan negara asing sejak 14 Agustus, saat Taliban memasuki Kabul. Atau sekitar 117.500 orang sejak akhir Juli.
Hari Sabtu kemarin Inggris telah melakukan penerbangan evakuasi terakhirnya, meskipun Perdana Menteri Boris Johnson berjanji untuk mengevakuasi lebih banyak warga Afghanistan yang berisiko ke Inggris dengan cara lain.
PM Borris Johnson membahas evakuasi dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte melalui panggilan telepon pada hari Sabtu.
Ketiga pemimpin “menyetujui fakta bahwa evakuasi warga negara mereka, warga Afghanistan yang telah bekerja dengan angkatan bersenjata mereka, dan orang-orang dalam bahaya selalu menjadi prioritas tertinggi, kata Stefan Seibert, juru bicara Kanselir Jerman. (nis)