Taliban Sekarang Beda dengan Dulu
Kelompok Taliban yang menguasai Afghanistan sejak hari Minggu, setelah hampir 20 tahun digulingkan oleh koalisi militer AS, kini sedang bekerja untuk membentuk pemerintahan yang terbuka, tidak ekslusif, tetapi Islami, kata salah seorang juru bicara Taliban, Suhail Shaheen.
"Taliban kini beda dengan dulu. Saat ini kami sedang bekerja untuk mendirikan pemerintahan inklusif yang berarti kami tidak menginginkan monopoli kekuasaan," kata Suhail Shaheen seperti dikutip TRT World.
"Kami ingin warga Afghanistan dari semua etnis bersatu dan menjadi bagian dari pemerintah karena sekarang adalah waktu untuk membangun Afghanistan setelah pasukan asing pergi," tambahnya.
Pada hari Rabu, seorang komandan Taliban dan pemimpin senior kelompok bersenjata Jaringan Haqqani, Anas Haqqani, bertemu dengan mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Qatar untuk pembicaraan. Utusan perdamaian utama pemerintah lama, Abdullah Abdullah, juga hadir dalam pertemuan itu.
Suhail Shaheen tidak merinci apa arti kerangka kerja pemerintah inklusif itu karena pembicaraan masih berlangsung, tetapi bersikeras bahwa Taliban ingin membangun sistem damai dalam kerangka nilai-nilai Islam. "Setiap warga Afghanistan akan dilindungi," katanya.
Ketika ditanya apakah hak untuk berkumpul atau protes politik akan dilindungi, Shaheen menjawab secara diplomatis dengan, "semuanya dimulai dari awal sekarang. Jadi tentu saja, kerangka kerja baru akan dibuat, dengan mengingat hak dasar rakyat untuk berkumpul dan protes, " jelasnya.
Pada hari Rabu, Mullah Abdul Ghani Baradar, telah kembali ke Afghanistan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 10 tahun untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Afghanistan dan untuk mengamankan komitmen jangka panjang dari masyarakat internasional.
Baradar ditangkap pada 2010, tetapi dibebaskan dari penjara pada 2018 atas permintaan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump sehingga ia dapat berpartisipasi dalam pembicaraan damai.
Hazara, adalah etnis minoritas yang selama beberapa dekade menjadi sasaran kelompok bersenjata, termasuk Taliban dan Daesh, karena etnis dan keyakinan agama mereka. Sebagian besar Hazara adalah Muslim Syiah, yang merasa telah menghadapi penganiayaan dan kekerasan selama beberapa dekade. Suhail Shaheen mengatakan bahwa mereka akan memastikan perlindungan komunitas untuk memastikan tidak ada serangan terhadap komunitas Hazara.
"Kami berjanji untuk melindungi minoritas Hazara di Afghanistan, mereka orang Afghanistan, mereka akan membantu membentuk masa depan negara ini," kata Shaheen. "Kami tidak ingin ada pertumpahan darah lagi dan inilah mengapa kami memutuskan untuk berbicara, menyatukan semua pihak," katanya.
Pada hari Selasa, kelompok bersenjata menawarkan amnesti kepada semua orang dan bersumpah tidak ada pembalasan terhadap lawan, menghormati hak-hak perempuan, minoritas dan orang asing.
Kelompok Taliban tidak menjelaskan secara rinci tentang bagaimana mereka akan memerintah negara itu tetapi telah mengisyaratkan mereka akan bersikap yang lebih lembut daripada selama pemerintahan mereka dari tahun 1996 hingga 2001.
Sebelumnya, Taliban menerapkan interpretasi radikal Islam selama pemerintahan mereka selama lima tahun itu, di mana perempuan tidak boleh bekerja dan anak perempuan tidak diizinkan untuk bersekolah. Perempuan harus menutupi wajah mereka dengan burkah dan ditemani oleh kerabat laki-laki jika mereka meninggalkan rumah mereka. Mereka juga melarang olahraga dan kegiatan seperti musik, televisi, dan bioskop.
Pada hari Senin lalu seorang jurnalis perempuan dari TOLONews, Beheshta Arghand, mewawancarai pemimpin senior Taliban, Abdul Haq Hammad, pemandangan yang tak terbayangkan terjadi 20 tahun lalu, saat Taliban berkuasa.
Kini Taliban mendorong perempuan untuk kembali bekerja dan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah. Tetapi banyak orang Afghanistan yang skeptis dan khawatir dengan mengatakan bahwa Taliban tidak dapat dipercaya.
Menanggapi kekhawatiran rakyat Afghanistan ini, Suhail Shaheen mengatakan bahwa mereka tidak ingin lagi kehancuran negara dan tidak ingin pertumpahan darah. "Inilah mengapa kami memilih untuk bernegosiasi, melakukan dialog untuk menyatukan semua orang dan berada di halaman yang sama sebelum kami mengumumkan pemerintahan baru," katanya.
"Semua pihak telah belajar dari kesalahan masa lalu mereka, kami berjanji negara akan melihat perdamaian dan kemakmuran dalam waktu dekat," kata Suhail Shaheen, salah seorang juru bicara Taliban kepada TRT World. (nis)
Advertisement