Taliban Dulu dan Kini, Diungkap Kepala Staf Pertahanan Inggris
Kepala Staf Pertahanan Inggris, Jenderal Sir Nick Carter menilai sementara, Taliban yang merebut kekuasaan Afghanistan saat ini berbeda dengan kelompok yang berkuasa pada 1990an silam.
Menurut Carter, dunia harus memberi Taliban ruang untuk membentuk pemerintahan baru di Afghanistan. Dan, mungkin dengan itu barulah terbukti bahwa kelompok itu sekarang telah berubah.
"Kita harus bersabar, kita harus menahan diri, dan kita harus memberi mereka ruang untuk membentuk pemerintahan, dan kita harus memberi mereka ruang untuk menunjukkan kredensial mereka," kata Carter kepada kantor berita Inggris, BBC, dilansir Reuters, Rabu 18 Agustus 2021.,
"Mungkin Taliban ini adalah Taliban yang berbeda dengan yang diingat orang dari tahun 1990-an," imbuhnya.
Kotak Hamid Karzai, Mantan Presiden Afghanistan
Carter pun mengaku dirinya sudah melakukan kontak dengan mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengenai rencana pertemuan dengan Taliban pada Rabu.
"Kita mungkin akan menemukan, jika kita memberi mereka ruang, bahwa Taliban ini tentu saja lebih rasional, tetapi yang mutlak harus kita ingat adalah bahwa mereka bukan organisasi yang homogen - Taliban adalah sekelompok figur suku yang berbeda yang datang dari semua wilayah Afghanistan," kata Carter.
Indikasi itu pun, sambung Carter, terlihat dalam beberapa waktu terakhir serta pernyataan yang dikeluarkan juru bicara Taliban usai menduduki ibu kota negara Kabul dan Istana Kepresidenan.
Bantuan Inggris untuk Evakuasi
Meskipun demikian, setidaknya sudah seribu orang yang dibantu evakuasi oleh Inggris dari Afghanistan sejak Taliban merebut Kabul pada Minggu lalu.
"Kami masih membawa yang berkewarganegaraan Inggris keluar.. dan mereka yang berkewarganegaraan Afghanistan namun menjadi bagian dari staf lokal kami," ujar Menteri Dalam Negeri Priti Patel kepada BBC TV seperti dikutip dari AFP.
Dalam konferensi pers pertama usai merebut Kabul, Taliban menyatakan tak akan membalas dendam terhadap lawan-lawan mereka di Afghanistan. Diketahui, tak lama usai Taliban menduduki Kabul, puluhan ribu orang mencoba melarikan diri. Mereka juga takut akan ada aksi pembalasan karena berpihak pada pemerintah yang disokong Barat selama dua dekade.
Namun, Taliban mengklaim bahwa pemerintahan baru akan berbeda dari masa kepemimpinan pada tahun 1996-2001, yang terkenal dengan rajam dan pembatasan super ketat terhadap perempuan.
"Kalau soal ideologi, keyakinan, tidak ada bedanya, tapi kalau kita hitung berdasarkan pengalaman, kedewasaan dan wawasan , pasti banyak perbedaannya, kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid dikutip AFP, Selasa 17 Agustus 2021.
"Semua yang berseberangan akan diampuni, dari A sampai Z. Kami tidak akan membalas dendam," lanjutnya.
Mujahid kemudian mengatakan pemerintahan baru akan segera dibentuk, meski tak memberikan rincian lebih lanjut dan hanya menyebut kelompoknya akan menggandeng seluruh pihak. Ia juga mengatakan memberi kesempatan kepada perempuan untuk terlibat di pemerintahan. Taliban disebut berusaha menunjukkan sikap menahan diri dan lebih moderat.
"(Kami) Berkomitmen untuk membiarkan perempuan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Islam," tuturnya.
Taliban ketika memegang kekuasaan pada 1996-2002 menetapkan sistem yang ultrakonservatif. Di antaranya perempuan wajib mengenakan burkak, laki-laki harus berjenggot, tak boleh menonton televisi nonkeagamaan dan lainnya.
Perubahan Sikap Taliban
Kelompok Taliban yang menguasai Afghanistan sejak hari Minggu, setelah hampir 20 tahun digulingkan oleh koalisi militer AS, kini sedang bekerja untuk membentuk pemerintahan yang terbuka, tidak ekslusif, tetapi Islami, kata salah seorang juru bicara Taliban, Suhail Shaheen.
"Taliban kini beda dengan dulu. Saat ini kami sedang bekerja untuk mendirikan pemerintahan inklusif yang berarti kami tidak menginginkan monopoli kekuasaan," kata Suhail Shaheen seperti dikutip TRT World.
"Kami ingin warga Afghanistan dari semua etnis bersatu dan menjadi bagian dari pemerintah karena sekarang adalah waktu untuk membangun Afghanistan setelah pasukan asing pergi," tambahnya.
Pertemuan di Qatar
Pada hari Rabu, seorang komandan Taliban dan pemimpin senior kelompok bersenjata Jaringan Haqqani, Anas Haqqani, bertemu dengan mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Qatar untuk pembicaraan. Utusan perdamaian utama pemerintah lama, Abdullah Abdullah, juga hadir dalam pertemuan itu.
Suhail Shaheen tidak merinci apa arti kerangka kerja pemerintah inklusif itu karena pembicaraan masih berlangsung, tetapi bersikeras bahwa Taliban ingin membangun sistem damai dalam kerangka nilai-nilai Islam. "Setiap warga Afghanistan akan dilindungi," katanya.
Ketika ditanya apakah hak untuk berkumpul atau protes politik akan dilindungi, Shaheen menjawab secara diplomatis dengan, "semuanya dimulai dari awal sekarang. Jadi tentu saja, kerangka kerja baru akan dibuat, dengan mengingat hak dasar rakyat untuk berkumpul dan protes, " jelasnya.
Mullah Abdul Ghani Baradar Kembali
Pada hari Rabu, Mullah Abdul Ghani Baradar, telah kembali ke Afghanistan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 10 tahun untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Afghanistan dan untuk mengamankan komitmen jangka panjang dari masyarakat internasional.
Baradar ditangkap pada 2010, tetapi dibebaskan dari penjara pada 2018 atas permintaan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump sehingga ia dapat berpartisipasi dalam pembicaraan damai.
Hazara, adalah etnis minoritas yang selama beberapa dekade menjadi sasaran kelompok bersenjata, termasuk Taliban dan Daesh, karena etnis dan keyakinan agama mereka. Sebagian besar Hazara adalah Muslim Syiah, yang merasa telah menghadapi penganiayaan dan kekerasan selama beberapa dekade. Suhail Shaheen mengatakan bahwa mereka akan memastikan perlindungan komunitas untuk memastikan tidak ada serangan terhadap komunitas Hazara.
"Kami berjanji untuk melindungi minoritas Hazara di Afghanistan, mereka orang Afghanistan, mereka akan membantu membentuk masa depan negara ini," kata Shaheen. "Kami tidak ingin ada pertumpahan darah lagi dan inilah mengapa kami memutuskan untuk berbicara, menyatukan semua pihak," katanya.
Advertisement