Takziah Kembali, Risma: Maaf Kami Hanya Bisa Beri Santunan
Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya, kembali melakukan takziyah ke salah satu anggota KPPS Surabaya yang gugur setelah melaksanakan tugas dalam Pemilu 2019.
Kali ini Risma mengunjungi rumah dari almarhum Bambang Catur kawasan Gubeng Airlangga, Surabaya, Rabu 8 Mei 2019. Risma disambut oleh kakak dan keponakan korban yang kebetulan juga terlibat dalam pelaksanaan tugas di Pemilu 2019.
Risma yang datang menggunakan baju dan kerudung coklat, sebenarnya akan mengunjungi rumah almarhum pada Selasa 7 Mei 2019 kemarin. Namun, karena kesibukan akhirnya jadwal Risma diganti hari ini.
Kepada keluarga almarhum, Risma mengucapkan turut berbela sungkawa dan berterimakasih atas kesediaan sebagai KPPS pada Pemili 2019 lalu. Ia tak menyangka bahwa pemilihan umum tahun ini memakan korban banyak.
"Matur nuwun sanget nggih. Semoga semua kebaikan Pak Bambang diterima oleh Allah," ujar Risma kepada Andi sang keponakan.
Ternyata, Bambang bukanlah ketua maupun anggota yang dari awal ikut mengurusi Pemilu 2019. Ketua KPPS adalah sang keponakan, Andi Tetuko, Bambang hanya diminta tolong untuk turut membantu saat akan dilakukan Pemilu.
"Awalnya yang membantu cuma ayah saya, cuma pakde akhirnya mau ikut bantu dari awal pasang tenda sampai coblosan. Pakde nggak selama tidur 48 jam," ungkap Andi
Andi juga menyesal telah mengajak pakdenya turut menjadi bagian dalam Pemilu 2019. Ia tak menyangka ajakannya membuat almarhum meninggalkan keluarga selama-lamanya.
"Saya merasa bersalah. Tau gitu kemarin ngga usah saya ajak. Pakde kecapekan," sambung Andi
Menurut penuturan keluarga, Bambang mengalami kecapekan dan tidak enak badan setelah penyelenggaraan Pemilu 2019. Kondisi kesehatan Bambang mengalami titik paling rendah ia tak bisa lagi menyangga badannya dan jatuh di kamar mandi pada Minggu 28 April 2019.
Ternyata kejadian jatuh tersebut membuat tubuh Bambang semakin lemas dan tak bisa digerakan. Selasa 30 April 2019 jam 10.00, keluarga masih mendengar suara mengorok almarhum. Tapi tak lama, pukul 10.45, saat salah satu keluarga masuk ke kamar Bambang, almarhum sudah dalam keadaan tak bernyawa dan mulutnya mengeluarkan busa.
Risma selalu diam saat mendengar cerita dari keluarga mengenai kondisi korban. Ia sesekali hanya menepuk pundak Andi yang menangis karena merasa bersalah.
"Sudah tidak usah merasa bersalah. Setiap orang ada garis takdir dan jalannya masing-masing. Sudah ada perjanjian sama Allah gimana cara meninggalnya tiap orang. Mau tua, mau muda sudah ada kesepakatan sama Allah," ungkap Risma untuk menenangkan keponakan Bambang.
Tak seperti sebelum takziah sebelumnya dimana Risma biasanya menawarkan pekerjaan maupun memberikan beasiswa untuk keluarga, Risma kali ini tak melakukan itu. Media tak diberi kesempatan untuk melakukan interview kepada keluarga korban.
Sebelumnya, Risma sempat menanyakan apakah Andi sudah bekerja. Andi menjawab bahwa ia belum bekerja meski sudah mengirim lamaran kemana pun, kini ia sedang membuka usaha laundry sepatu.
Mendengar jawaban itu, Risma mengapresiasi keputusan Andi untuk usaha. Bahkan Risma juga membandingkan dengan keputusan yang diambil oleh anaknya.
"Wah bagus kalau usaha, sama kayak anak saya gak mau jadi pegawai. Teruskan usahamu ya, kalau kamu mau membalas rasa bersalahmu ke pakde, kembangkan usahamu biar suskses. Nanti kakde bakal bangga. Nanti kalau butuh bantuan, staf Ibu akan kesini," kata Risma.
Sebelum pamit undur diri, Risma sempat memberikan santunan kepada Andi dan keluarga di dalam amplop putih.