Takut Kursi Diduduki, Ancaman bila Singgung Keluarga Presiden
Kekuasaan di samping cenderung korup, sebagai sisi negatif, ternyata juga menghasilkan sisi positifnya: menghasilkan narasi kritis. Kekritisan itu terwujud dalam lelucon-lelucon di tengah masyarakat.
Humor di tengah masyarakat menjadi bumbu penyedap, dalam setiap perbincangan. Baik di rumah-rumah warga, juga di tempat-tempat pertemuan.
1. Prajurit yang Ingin Memperoleh Kelulusan dengan Cepat
Seorang tentara Amerika yang baru saja terdaftar meminta Komandan agar bisa lulus ujian dalam waktu 3 hari.
Komandan mengatakan "Apakah kau gila, baru saja bergabung dengan tentara Amerika, dan sudah mau minta lulus dalam 3-hari? Anda harus melakukan sesuatu yang spektakuler untuk bisa memperoleh pengakuan itu!"
Jadi prajurit itu kembali sehari kemudian dalam sebuah tank Irak!
Komandan itu sangat terkesan, ia bertanya, "Bagaimana kau melakukannya?"
"Ya, saya melompat dalam sebuah tank, dan pergi menuju perbatasan dengan orang-orang Irak. Dan saya melihat sebuah tangki Irak. Aku mengibarkan bendera putih, tank Irak itu juga menaruh bendera putih ke atas. Saya berkata kepada prajurit Irak, "Apakah Anda juga ingin mendapatkan sertifikat kelulusan dalam dua-tiga hari? Jadi kita saling bertukar tank!"
2. Dosen yang Juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Amrin Pembolos dan Anton, dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang berikut.
Amrin: "Saya heran dosen ilmu politik, kalau ngajar selalu duduk. Tidak pernah mau berdiri."
Anton: "Ah, gitu aja diperhatiin sih Mrin."
Amrin : "Ya, Ton tahu nggak sebabnya."
Anton: "Barangkali aja, cape, atau kakinya gak kuat berdiri."
Amrin: "Bukan itu sebabnya Ton. Sebab dia juga seorang pejabat."
Amrin : "Loh, apa hubungannya?!!"
Anton: "Ya kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain."
Amrin: "???"
3. Pengaturan Berita Oleh Negara
Seorang jendral militer mengundang para wartawan. Tujuannya, guna memberi arahan apa yang boleh diberitakan dan apa yang tidak boleh diberitakan.
"Berita suksesi tidak boleh ditulis. Presiden tidak suka. Pemogokan buruh, jangan ditulis, nanti terjadi konflik. Berita korupsi tidak boleh dipolitisir, wibawa pemerintah rusak. Monopoli tidak boleh menyebut keluarga presiden, itu tidak etis. Politik tidak boleh memihak rakyat, nanti resah. Kenaikan harga tidak boleh dijadikan berita utama, rakyat nanti marah."
Seorang wartawan muda yang tidak sabar lalu menyela, "Kalau begitu, Jendral, apa yang boleh kami beritakan?"
Si Jendral menjawab dengan tenang, "Kalian beritakan apa yang barusan saya ucapkan!"
Advertisement