Takut Jadi Beban Keluarga, Banyak Orang Tua di Singapura Bunuh Diri
Jumlah orang lansia yang melakukan bunuh diri di Singapura mencapai rekor tertinggi tahun lalu, demikian laporan sebuah LSM, hari Senin 30 Juli kemarin. LSM ini, Samaritans of Singapore (SOS) mendesak dukungan kuat untuk warga berusia di atas 60-an tahun di negara itu.
Samaritans of Singapore, yang berfokus pada pencegahan bunuh diri, mengatakan takut menjadi beban keluarga, pemutusan hubungan sosial, pelemahan fisik dan kesehatan mental yang memburuk menjadi tantangan paling umum yang dihadapi oleh orang lansia.
Dengan tingkat kelahiran yang terus menerus rendah dan jangka hidup yang lebih lama, negara kaya Singapura berkutat dengan populasi yang menua dengan cepat yang digambarkan sebagai “bom waktu demografi.”
SOS mengatakan dalam pernyataan yang diunggah di situsnya bahwa jumlah orang berusia 60 tahun dan di atas 60 tahun yang melakukan bunuh diri pada 2017 meningkat menjadi 129 orang, yang merupakan rekor tertinggi dan menyumbang hampir 36 persen dari total bunuh diri tahun itu.
“Sangat mengkhawatirkan banyak orang lansia yang beralih ke bunuh diri sebagai satu-satunya pilihan untuk mengakhiri rasa sakit dan penderitaan mereka,” kata direktur eksekutif SOS Christine Wong.
“Populasi yang menua di Singapura diperkirakan akan menghadirkan lebih banyak tantangan bagi layanan dukungan sosial yang tersedia saat ini. Jaringan dukungan lebih kuat sangat diperlukan karena jumlah penduduk lansia Singapura yang tinggal sendirian terus meningkat.”
SOS mengatakan lonjakan kasus bunuh diri lansia tercatat saat jumlah laporan keseluruhan bunuh diri di negara itu anjlok pada 2017 ke titik terendah sejak 2012.
Perkiraan resmi menunjukkan jumlah warga Singapura berusia 65 tahun dan di atas 65 tahun akan naik dua kali lipat dari 500.000 orang pada 2016 menjadi 900.000 orang pada 2030.(mr/nh/ma)
Jumlah orang berusia 60 tahun dan di atas 60 tahun yang melakukan bunuh diri pada 2017 meningkat menjadi 129 orang, merupakan rekor tertinggi.