Taksi Konvensional Harus Ikuti Strategi Taksi Online
Jakarta: Kementerian Perhubungan himbau perusahaan taksi konvensional dapat mengikuti strategi pasar yang kerap digunakan perusahaan taksi berbasis aplikasi dalam menggaet konsumen. Strategi tersebut biasanya yakni menyediakan transportasi yang mudah, murah dan bermutu baik.
JA Barata, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan menjelaskan, memang tak bisa dipungkiri publik akan diuntungkan dengan tarif ongkos yang lebih murah yang ditawarkan taksi berbasis aplikasi.
"Tidak bisa dihindarkan taksi online akan lebih murah dari taksi reguler. Oleh karenanya taksi reguler tidak bisa diam saja, harus mencapai tiga strategi itu, mudah, murah, dan mutu baik. Kalau tiga strategi itu dipenuhi, publik juga akan senang," ujar Barata pada diskusi di Jakarta, Sabtu (25/3).
Ia juga menjelaskan terdapat beberapa aspek biaya yang tak dihitung dalam tarif taksi aplikasi, yakni asuransi, perawatan kendaraan dan operasional kendaraan. Namun, perusahaan taksi konvensional juga harus terkena biaya penyusutan dengan penyediaan gedung, pool kendaraan, perawatan armada ke bengkel hingga asuransi penumpang.
Menurutnya, harus ada keikhlasan dari pihak penyelenggara angkutan umum reguler dengan keberadaan taksi online, terlebih mengingat pesatnya teknologi yang tidak bisa dihentikan.
Kementerian Perhubungan juga mengatur tarif taksi online dalam revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek. Regulasi ini akan diberlakukan mulai 1 April mendatang.
Dalam peraturan, terdapat 11 butir regulasi baru yang mengatur taksi online sebagai angkutan sewa khusus, namun tiga di antaranya masih menjadi keberatan dari perusahaan taksi aplikasi. Pertama, lantaran kuota dan batas tarif angkutan sewa khusus serta kewajiban STNK berbadan hukum.
Barata menilai pengaturan transportasi ini bertujuan meminimalisasi persaingan, baik antara taksi aplikasi dan konvensional maupun antartaksi aplikasi yang berbeda perusahaan.
"Penataan transportasi ini memang belum selesai. MRT dan LRT akan dibangun, ketika itu selesai juga akan mempengaruhi penawaran dan permintaan taksi aplikasi tersebut," ujarnya. (hrs)
Advertisement