Petani Tembakau Lereng Gunung Wilis Produkif Saat Pandemi Covid
Para petani tembakau di lereng Gunung Wilis tetap produktif selama pandemi corona atau Covid-19. Seolah tak terpengaruh keadaan, harga tembakau di Jawa Timur tetap stabil di pasaran.
Di desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, ada sekitar 22 orang petani petani tembakau. Beberapa warga yang sebelumnya berprofesi sebagai peternak lebah mendadak banting stir jadi petani tembakau.
Salah satu petani bernama Cipto mengaku, baru dua tahun ini mencoba peruntungan menaman tembakau. Selama ini, bapak tiga anak yang sebelumnya berprofesi sebagai tukang kayu ini mengaku mendapatkan pendapatan Rp14 juta untuk sekali panen.
"Setahun panen sekali, tapi 7 kali petik. Musim kemarau ini memasuki masa panen. Kali ini saya tanam 1 hektar tembakau. Sudah 2 tahun ini nyoba kok berhasil tanam seperempat hektar lebih dikit dapat Rp 22 juta laba kotor. Uang untuk biaya operasional seperti sewa lahan Rp8 juta. Jadi selama 3 bulan hasilnya Rp14 juta," terang Cipto.
Berhasil meraup untung, Cipto kini memperluas lahan tanamanya tersebut menjadi 1 hektar. Jenis tembakau yang ditanam ada dua jenis, yakni Verginia dan Somporis. Hasil panennya ini dikirim ke salah satu perusahaan yang ada di Ponorogo.
Menurut Cipto, harga tembakau tetap stabil tidak terpengaruh pandemi corona. Kisaran harga dengan kualitas rendah dijual Rp21 ribu per kilogram. Sedangkan tembakau kualitas baik seharga Rp45 ribu per kilogram.
"Nggak berimbas (pandemi corona). Saya sudah dua kali kirim tembakau ke Desa Joho dan Desa Pagung," ujarnya.
Di musim kemarau, terang Cipto, kualitas tembakau justru bertambah bagus. Usai panen, tembakau dijemur hingga kering. Kualitas tembakau yang ditanam di lereng Gunung Wilis memiliki kualitas cukup baik dan memiliki ciri khas dari baunya yang harum.
"Perkiraan tembakau ini masuk klasifikasi P. Harganya antara Rp 26.000 sampai Rp 30.000 per kilogramnya," ujar Cipto.
Selama proses tanam, tidak ada kendala yang dihadapi oleh para petani tembakau. Meski demikian, serangan hama cabuk biasa menyerang tanamanya. Namun hal ini masih bisa diatasi dengan penyemprotan obat pertanian.
"Hama cabuk bisa merusak daun tembakau. Ini bisa mempengaruhi kualitasnya. Tapi daun tembakau yang diserang hama itu masih layak untuk dijual," terang Cipto.
Hama cabuk bisa merusak daun dan berubah warna menjadi kuning. Harga jualnya akan turun karena tembakau masuk klasifikasi F. "Dijual masih laku kisaran Rp 21 ribu perkilo," sambung Cipto.
Advertisement