Tak Terpengaruh PMK, Sapi untuk Iduladha di Lamongan Meningkat
Spekulasi jumlah sapi yang merosot akibat virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) untuk kebutuhan Iduladha tahun 2022 di Lamongan, terbantahkan. Pasalnya, bukannya jumlah sapi merosot tetapi justru sebaliknya, meningkat.
Hasil pendataan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lamongan menyebutkan, pada Iduladha tahun 2022 sapi yang disembelih se Kabupaten Lamongan sebanyak kurang lebih 5.200 ekor. Sedang kambing tercatat 3.000 ekor lebih. Sedang Iduladha tahun 2021 terdata, untuk sapi yang disembelih sebanyak sekitar 4.800 ekor, sedang kamping hanya sekitar 2. 500 ekor.
"Kita tidak.menyangka akan naik, karena sekarang ini sedang ada wabah PMK. Data sekarang itu tercatat baik dari penyembelihan ternak di lembaga pemerintah, swasta, masjid-masjid, mushola maupun di tingkat RT. Tapi sapi di Lamongan memang banyak ada17.000 ekor, " kata Kepala Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Lamongan, M. Wahyudi, Kamis 28 Juli 2022.
Dari sebanyak sapi dan kambing sembelihan itu, lanjut Wahyudi, tidak ditemukan kasus berarti terkait PMK. Kalaupun ada hanya satu-dua dan masih memenuhi persyaratan sebagai hewan kurban. “Petugas kita di lapangam dan pengawasan yang dibantu TNI/Polri memastikan tidak ada ternak kurban yang terjangkiti. PMK. Alhamdulillah," imbuhnya.
Sementara itu, perkembangan wabah PMK di Lamongan hingga kini melandai. Data terakhir PMK sapi masih terdapat di 25 kecamatan dan kambing di enam kecamatan. Dari populasi 4.497 ekor sapi di sebanyak kecamatan itu, yang terjangkit wabah PMK, prosentase tertular tetap berkisar pada angka 75 persen. Sedang tingkat kesembuhan juga masih berkutat pada angka 25 persen.
"Kasusnya melandai. Hari ini ada tambahan di dua kecamatan, Sugio dan Kedungpring. Tapi tingkat kesembuhan meningkat. Sebelumnya 22 persen, kini 25 persen, "terang Medik Vertiner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lamongan, Rahendra, pada kesempatan berbeda.
Diharapkan tingkat kesembuhan terus meningkat. Apalagi sapi sehat sebagian sudah divaksin dan yang sakit sudah ditemukan obatnya. Seperti obat salep dan bubur yang ditawarkan dari hasil penemuan Virologi alumni Unuversitas Gajah Mada Yogyakarya, Indro Cahyono atau obat alternatif herbal yang sudah dilakukan sebelumnya. "Terpenting lagi, peternak sendiri tetap harus bisa menjaga dan waspada agar penularan tidak terjadi karena tindakannya sendiri," tandasnya.
Advertisement