Percaya Pada Pembeli, Penjual Pisang Jombang Tak Jaga Lapaknya
Beberapa tandan pisang berjajar di meja bambu, tak jauh dari simpang empat Keras, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, pada Kamis 30 April 2020. Terdapat pula tulisan dengan ukuran cukup besar bertulis “Beli ambil sendiri uang taruh di tempatnya”.
Adalah Suntoro, si penjual pisang, tak repot menunggu pisang karena takut dicuri. Metode jualan itu telah berlangsung sejak 2018, dan tanpa ada satu buah pisang pun yang raib dicuri.
“Biar pembeli nggak bisa nawar, di pisangnya juga ada labelnya. Kalau mau beli ya segitu harganya” kata Suntoro kepada Ngopibareng.id pada Kamis 30 April 2020.
Pria kelahiran 1963 itu menyiapkan bekas kaleng cat berukuran kecil, berutup keramik, sebagai tempat uang.
Meski pisangnya terlihat menggiurkan, pensiunan pegawai pabrik gula Bunga Mayang PTPN 7 di Lampung itu mengaku tak takut pisangnya diambil karena sudah terbiasa. Terlebih, dia percaya setiap orang punya hati nurani.
Ia menjual beberapa jenis pisang, seperti Cavendish dan Ulin. Ada pula jenis lain seperti Raja dan Ambon. Pisang dijual dengan harga bervariasi, antara Rp 10 ribu, Rp 15 ribu dan Rp 17 ribu. Harga ini sesuai dengan berat dan ukuran panjang pendeknya. Per kilogram dibanderol tujuh ribu rupiah.
Pembeli Bisa Mengutang
Meski tak dijaga, namun bapak tiga anak itu memeriksa jualannya sebanyak tiga kali sehari. Yaitu pada pukul 11.00, 13.00 dan 15.30. Dalam sekali pengecekan, dia menata ulang pisang agar terhindar dari sengatan sinar matahari. Selain itu mengambil uang yang sudah terkumpul.
“Biasanya saat ngecek gitu pisangnya saya geser ke kiri kanan. Tujuannya agar selamat dari sinar matahari, kalau ada uangnya juga saya ambil” tambahnya.
Di sisi lain, jika ada pelanggan yang membutuhkan uang kembali, bisa secara langsung mengambil di kotak uang. Namun, jika tidak ada uang kembaliannya pembeli bisa meminta ke rumahnya yang berjarak 200 meter dari lokasi.
Lebih lanjut, Suntoro memperbolehkan pembayaran pisang ditunda sampai pembeli ada uang pas. Mereka pun diperbolehkan membawa pisang karena takut pisang yang dipilih habis. Pria berkumis itu mengantisipasi agar pelanggannya tidak kecewa dan menyesal.
“Kadang kalau nggak ada uang pas mereka telpon saya. Saya bolehkan mereka membawa pisang tersebut. Alasannya saya takut nanti pisangnya habis malah mereka nggak kebagian dan menyesal” tutupnya.