Tak Suka Pancasila Berarti Pengkhianat Negara, Kata Habib Salim
Habib Salim bin Sholahudin bin Salim bin Jindan menegaskan bahwa semua Warga Negara Indonesia (WNI) harus mencintai negaranya. Sebaliknya, jika ada WNI yang menginginkan ideologi lain selain Pancasila, sebaiknya keluar dari tanah air. Ia sendiri mengaku WNI keturunan Arab dan mewajibkan dirinya mencintai Indonesia.
"Saya WNI keturunan Arab, saya mesti wajib cinta tanah air karena saya lahir dan besar di sini," kata Habib Salim saat mengisi taushiyah pada pelantikan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur masa khidmat 2019-2023, belum lama ini.
Habib Salim menyayangkan terhadap sekelompok orang yang mengharamkan menghormati bendera merah putih, seperti mengangkat tangan dalam suatu upacara. Menurutnya, orang-orang tersebut tidak pantas tinggal di Indonesia.
"Orang model seperti ini tidak pantas dan layak tinggal di Indonesia, mereka pengkhianat," ucapnya.
"Jadi kalau orang tidak bersyukur, berarti mereka orang-orang yang mendekati kekufuran. Kalau ada yang menyatakan tidak wajib menghormati merah putih, NKRI, UUD 1945, Pancasila, mereka ini orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah," kata Habib Salim bin Sholahudin bin Salim bin Jindan.
Menurutnya, Nahdlatul Ulama (NU) dapat di terima di mana-mana, termasuk di negara lain karena dakwahnya dilakukan dengan cara yang lembut dan juga mencintai tanah air sebagaimana dalam jargon yang dicetuskan Hadratussyech KH Hasyim Asy'ari, yakni hubbul wathan minal iman. Ia mengatakan, tanah air bagian dari karunia Allah.
"Jadi kalau orang tidak bersyukur, berarti mereka orang-orang yang mendekati kekufuran. Kalau ada yang menyatakan tidak wajib menghormati merah putih, NKRI, UUD 1945, Pancasila, mereka ini orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah," paparnya.
Ia menyayangkan para pegawai negeri sipil, termasuk dari TNI seperti yang pernah dikemukakan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang menyebut bahwa sebanyak tiga persen prajurit TNI terpapar radikalisme dan tidak setuju terhadap ideologi negara, Pancasila.
Untuk itu, sambungnya, presiden dan wakil presiden yang terpilih perlu lebih mensosialisasikan Pancasila, seperti dengan yang pernah dilakukan melalui Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
"Orang kalau gak belajar Pancasila, pasti dia orang anarkis, pasti dia radikalis, pasti dia srudak-sruduk sono," ucapnya.
Ia juga sempat menyinggung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang masih memberikan ruang ceramah kepada tokoh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Felix Siauw. Padahal, sambungnya, HTI merupakan organisasi terlarang. Untuk itu, menurutnya, jika ada siapa pun, baik PNS, kiai maupun habib yang mendukung HTI, maka ia merupakan pengkhianat negara.
"Kalau masih ada yang dukung HTI, berarti yang mendukung itu pengkhianat negara, pengkhianat Republik Indonesia," pungkasnya. (nuo)
Advertisement