Tak Setenar Trans Papua tapi Banyak Peminatnya
Orang mungkin lebih banyak mengenal Jalan Trans Papua dibandingkan dengan nasional yang menghubungkan Sorong dengan Tambrauw. Wajar saja, karena selama ini kalah pamornya dengan Jalan Trans Papua.
Tapi tahukah Anda jika sebenarnya ada juga jalan nasional yang menghubungkan antara Kota Sorong dengan Kabupaten Tambrauw. Jadi, sama halnya dengan yang ada di Pulau Jawa, Provinsi Papua Barat juga memiliki dua jalur utama, yaitu jalur selatan dan jalur utara. Jalur selatan di Papua Barat yaitu Jalan Trans Papua, sedangkan jalur utaranya yaitu jalan nasional ini. Jika dilihat di peta, maka jalur utara adalah yang menyisir pantai, sedangkan jalur selatan, membelah tengah Papua Barat.
Jalan nasional ini memang belum banyak terekspose di media. Namun bukan berarti tak diperhatikan oleh Balai Pelaksana Jalan Nasional XVII Manokwari, Satuan Kerja II Sorong. Instansi ini tetap memberikan perhatian terhadap peningkatan kualitas jalan. Tahun ini, Satuan Kerja II Sorong, mempunyai proyek reservasi, rekonstruksi perbaikan anyelemen untuk ruas Sorong-Makbon-Mega. Proyek ini semuanya masih berada di Kabupaten Sorong.
Jalur ini sejatinya termasuk vital karena digunakan untuk distribusi logistik. Banyak kebutuhan logistik untuk Kabupaten Tambrauw dipasok dari Kota Sorong. Sebaliknya, Kabupaten Tambrauw juga penting bagi Sorong karena di Kabupaten Tambrauw sudah memiliki Bandara Douglas Mac Arthur Werur di Sausapor. Selain itu, Tambrauw juga sudah memiliki pembangkit Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Warabiyai.
"Jalur utara ini dulunya dibiayai oleh APBD. Tapi kemudian pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah pusat. Makanya harus tetap mendapatkan perhatian," kata Ovide Saksila Mangontan ST.
Ovide Saksila Mangontan adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) II 01 Pelaksana Jalan Nasional II Sorong. Ovid panggilan akrab dari Ovide adalah orang yang bertanggungjawab atas ruas Sorong-Makbon-Mega.
Kata Ovid, pemerintah tetap harus memperhatikan jalur utara ini, karena jalur ini ternyata tetap diminati warga untuk menuju Kabupaten Tambrauw. Banyaknya warga yang memilih jalur ini dibandingkan lewat Trans Papua, sebenarnya cukup beralasan. Karena jika ingin ke Kabupaten Tambrauw, jarak tempuhnya sebenarnya bisa menghemat sekitar 100km jika dibandingkan melewati jalur selatan yang harus melewati Kabupaten Maybrat.
Ruas Sorong-Makbon-Mega ini belum semuanya teraspal mulus. Jalan dari Sorong ke Distrik Makbon yang panjangnya sekitar 36km, memang sudah teraspal semua. Tapi dari Distrik Makbon menuju Distrik Mega, 38km di antaranya masih jalan tanah. Total panjang ruas jalan dari Distrik Makbon ke Distrik Mega, sekitar 55km. Meski masih ada jalan yang belum teraspal, terutama di ruas Makbon-Mega, namun tak mengurangi minat warga untuk melewati jalan ini.
"Sebenarnya dulu pernah ada wacana untuk mengaspal semuanya dengan anggaran multi years. Namun batal, karena keterbatasan dana dan memang butuh biaya yang sangat besar untuk mengaspal semuanya," ujar Ovide.
Harapan agar ruas Sorong-Makbon-Mega bisa teraspal semua juga disampaikan oleh warga. Di antaranya pasangan suami-istri, Frans Kalami dan Farida Mulu. Saat ditemui, dia sedang beristirahat di sekitar Kampung Persiapan Malagufuk, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong.
"Istirahat dulu. Pantat panas," kata Frans.
Mereka merasa kecapekan setelah menempuh perjalanan panjang dari Distrik Klaso, Kabupaten Sorong. Apalagi jalan tanah yang mereka tempuh masih berupa tanah. Bergeronjal pula. Apalagi jika musim hujan tiba. Tanah ini akan menjadi becek.
Bagi orang yang belum terbiasa, akan berpikir berkali-kali jika harus melakukan perjalanan dari Distrik Klaso ke kota Sorong dengan menggunakan motor. Melihat medannya saja, antara Makbon-Mega sudah sangat menantang. Tanjakannya curam dan masih jalan tanah.
Membayangkan saja, rasanya tak mungkin dilakukan dengan menggunakan sepeda motor. Apalagi motor matic. Namun ternyata bisa dilakukan. Contohnya, ya yang dilakukan Frans Kalami dan istrinya Farida Mulu ini.
Mereka biasanya melakukan perjalanan ini sepekan sekali. Tujuannya untuk menjemput istrinya, Farida Mulu yang bekerja di Puskesmas Klaso. Suami istri ini memang hidup terpisah. Frans tinggal di Kota Sorong, sedangkan istrinya Farida Mulu bekerja di Puskesmas Klaso, Kabupaten Sorong sebagai perawat.
Dengan menggunakan motor matic, sepekan sekali Frans menjemput istrinya pulang. Dudukan kaki di bagian tengah motor mereka gunakan untuk meletakan tas berisi pakaian milik Farida. Tak heran jika Frans tak bisa leluasa meletakan kakinya. Makanya dia cepat merasakan lelah.
Frans berharap, ruas jalan Makbon-Mega bisa teraspal semua. Selain itu, dia mengeluhkan soal tanjakan di Bukit Della yang terlalu curam.
Tahun ini, Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II Sorong, memang sedang mengerjakan proyek di ruas Sorong-Makbon-Mega. Tujuannya salah satunya, untuk mengatasi keluhan Frans tadi.
Proyek itu antara lain, perbaikan alinyemen di daerah Bukit Malaumkarta. Bukit ini berada di wilayah Makbon-Mega. Perbaikan anyelemen di Bukit Malaumkarta ini tujuannya untuk mengurangi grade atau tanjakan yang dianggap terlalu curam.
Selain itu, ada juga proyek peningkatan struktur jalan, perbaikan anyelemen juga di Bukit Della, peningkatan jalan dan pembangunan tiga jembatan. (amr)
Advertisement