Tak Puas dengan Pemerintah, 7.000 Warga Beirut Turun ke Jalan
Sedikitnya 7.000 warga Beirut berkumpul dan melakukan aksi unjuk rasa di Alun-alun Martyrs. Bersenjatakan batu pengunjukrasa mendesak untuk masuk ke gedung parlemen, memprotes kebijakan pemerintah pasca ledakan di pelabuhan di Beirut.
Aksi demonstrasi yang berlangsung pada Sabtu, 8 Agustus itu diwarnai dengan tembakan gas air mata milik kepolisian. Ambulans terlihat tergesa menolong seorang remaja yang pingsan akibat tembakan gas air mata.
Demonstran meneriakkan "kami ingin rezim ini runtuh," seruan yang populer pada gerakan Arab Spring di tahun 2011. "Revolusi, revolusi". Sejumlah demonstran membawa poster bertulis, "Pergi, kalian semua pembunuh". Terlihat tentara bersenjata berpatroli di tengah unjuk rasa.
Mereka memprotes pemerintah yang dirasa tak serius menangani korban ledakan. Meski, protes telah muncul beberapa bulan sebelum ledakan. Menuntut pemerintah yang korup dan tak becus menangani krisis ekonomi. Penanganan pemerintah atas ledakan yang menewaskan sedikitnya 158 orang, dan melukai 6 ribu penduduk, semakin mengecewakan warga.
"Kami tidak memiliki kepercayaan kepada pemerintah kami," kata peserta aksi, Celine Dibo. Sambil membersihkan puing-puing rumahnya ia berujar, "saya berharap PBB mengambil alih Lebanon," katanya.
Sejumlah warga juga mengaku tak terkejut ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron datang berkunjung ke Beirut, sementara pemimpin Lebanon lainnnya tidak.
Sementara, Partai Kataeb, partai kelompok kristen yang didukung Hizbullah dan oposisi pemerintah, mengumumkan jika tiga perwakilan mereka di parlemen mundur.
"Saya mengundang seluruh legislatif untuk mundur sehingga penduduk bisa memutuskan siapa yang akan memimpin mereka, tanpa ada siapapun yang memaksakan apapun pada mereka," kata kepala partai Samy Gemayel.
Sementara, Macron yang mengunjungi Beirut pada Kamis berjanji bahwa pembangunan kembali kota tak akan jatuh pada kelompok yang korup. Dia juga akan memimpin penggalangan dana untuk Lebanon lewat video pada Minggu. Presiden Amerika Serikat berjanji akan ikut hadir.
Sebelumnya pemerintah mengatakan sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang digunakan sebagai bahan pupuk dan bom, disimpan di gudang pelabuhan selama enam tahun, tanpa dilengkapi dengan pengamanan tertentu. (Rtr)