Screening Kanker Payudara dengan Mamografi Minim Rasa Sakit
Screening kanker payudara bisa dilakukan dengan tiga cara, yakni Sadari (Periksa Payudara Sendiri) yang bisa dilakukan secara mandiri, USG untuk payudara, dan pemeriksaan menggunakan alat mamografi. Hal ini diungkapkan, dr Lucia Dwi Puspitasari, Sp.Rad (K) spesialis radiologi dari Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya (RSAH).
"Untuk pemeriksaan mamografidianjurkan bagi wanita usia 40 tahun ke atas. Pemeriksaan ini dapat dilakukan satu tahun sekali sebagai screening kanker payudara," ungkapnya saat ditemui Ngopibareng.id di RS Adi Husada Undaan Wetan, Selasa, 30 Maret 2021
Beberapa orang sering mengeluhkan, bahwa pemeriksaan mamografi akan terasa sakit. Menanggapi hal tersebut, Lucia mengatakan bahwa mamografi memang akan terasa tidak nyaman. Tapi jangan khawatir, saat ini rasa sakit itu bisa diminimalir dengan alat digital mamografi bernama Senographe Care Mammografy.
"Alat ini tidak banyak yang memiliki di Surabaya, salah satu yang punya di RS Adi Husada Undaan Wetan ini," jelasnya.
Dokter spesialis radiologi ini menjelaskan, alat mamografi tersebut dilengkapi dengan tube yang tipis sehingga posisi pasien dapat nyaman dan efisien. "Selain itu bentuk ergonomic paddle shapes pada alat tersebut membuat payudara tidak terasa sakit saat ditekan, sehingga hal tersebut bisa meminimalisir rasa sakit," imbuh Lucia.
Tak hanya itu, alat Senographe Care Mammografy juga dilengkapi exclusive handles yang dapat meminimalkan kontraksi otot. Fasilitas-fasilitas di atas juga memudahkan pasien kursi roda untuk memposisikan diri saat pemeriksaan.
"Proses pemeriksaan hingga hasil keluar juga cukup cepat hanya memakan waktu 10 hingga 15 menit," ujar Lucia.
Ia pun meyarankan, pemeriksaan ini dilakukan satu tahun sekali oleh wanita berusia 40 tahun ke atas meskipun tanpa keluhan."Karena kanker payudara stadium awal biasanya memang tanpa keluhan," jelasnya.
Menurutnya, screening kanker payudara dengan mamografi sangat penting untuk mengurangi jumlah kasus kematian akibat kanker payudara. "Kalau kanker diketahui sejak dini, pengobatan yang dilakukan akan lebih efektif dari pada stadium yang sudah lanjut," katanya.
Sebagai informasi, menurut data Global Cancer Observatory tahun 2018 dari WHO angka kejadian kanker 16,7 persen dari total 348.809 kasus kanker. Sedangkan untuk angka rata-rata kematian kanker payudara dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencapai 17 orang per 100.000 penduduk.
Advertisement