Tak Mau Kabur, 3 Pemimpin Perempuan Afghanistan Terancam Taliban
Taliban telah menguasai Afghanistan. Bahkan Presiden Ashraf Ghani pun hengkang dari negaranya. Namun, sikap oposisi masih muncul di antara pimpinan politik. Di antaranya tiga perempuan yang masing-masing menjabat sebagai gubernur, walikota, dan juru bicara parlemen. Ada Salima Mazari, Zarifa Ghafari, dan Fawzia Koofi.
Salima Mazari
Salima Mazari adalah gubernur perempuan pertama Afghanistan. Ia dilaporkan telah ditangkap oleh Taliban. Kini netizen banyak menyuarakan kondisi penangkapan Salima Mazari menggunakan tanda pagar #freesalima dan #freesalimamazari.
Salima Mazari diketahui telah menjabat sebagai gubernur sejak 2019. Ia melindungi wilayah Charkint dari Taliban. Ia berhasil menguasai separuh dari wilayah Charkint, sebelum Taliban menduduki kota.
Salima Mazari dibesarkan sebagai pengungsi di Iran. Ia kembali ke Afghanistan untuk membangun negaranya. Sedikitnya 600 warga lokal, termasuk petani, penggembala sapi, dan buruh, bergabung dalam gerakan Salima Mazari melawan Taliban, dikutip dari npr.org, Jumat 20 Agustus 2021.
"Penduduk kami tak punya senjata. Tapi mereka jual ternak dan tanah untuk membeli senjata. Mereka ada di garis depan setiap hari, tanpa mendapat gaji atau pujian," katanya.
Menjelang Taliban menguasai Afghanistan, Salima Mazari mengatakan jika rezim itu tak akan memberikan toleransi pada perempuan, sebagai pimpinan. Nampaknya, ia benar. Salima Mazari dilaporkan ditangkap Taliban, meski belum ada konfirmasi apapun dari pihak Taliban.
Walikota Zarifa Ghafari
Zarifa Ghafari dikenal sebagai walikota perempuan sekaligus yang termuda di Afghanistan. Pada Minggu, 15 Agustus 2021, ia menantang Taliban untuk datang dan membunuhnya.
"Saya duduk di sini, menunggu mereka datang. Tak ada satupun yang menolong saya dan keluarga saya. Saya hanya di sini bersama suami saya. Mereka akan datang untuk orang seperti saya dan membunuh saya," kata Walikota Maidan Shar yang menjabat sejak 2018 lalu itu.
"Saya tak bisa meninggalkan keluarga saya. Lagi pula, kemana saya harus pergi," katanya pada koran Inggris.
Melalui cuitannyaa di Twitter, Zarifa Ghafari juga menegaskan jika ia tak akan meninggalkan negara yang dicintainya. "Saya tahu kalian menderita, dan saya akan di sini sampai akhir hidup saya," cuitnya pada 15 Agustus 2021 lalu.
Fawzia Koofi
Fawzia Koofi adalah juru bicara kedua dari parlemen Afghanistan. Ia pernah menjadi korban penembakan ketika berada di Parwan, dekat Kabul, setahun lalu.
Fawzia Koofi adalah salah satu dari sedikit perempuan yang mewakili Afghanistan dalam perundingan perdamaian dengan Taliban, tahun lalu. Sebagai juru bicara di parlemen Afghanistan, Fawzia Koofi gencar menyuarakan perdamaian dan gencatan senjata.
Dalam kondisi kisruh dan banyak warga yang mencoba kabur keluar negaranya, Fawzia Koofi menegaskan akan tetap menyuarakan tentang pelanggaran HAM serta ancaman yang dialami perempuan di Afghanistan.
Ia juga berjanji terus membantu sebanyak-banyaknya perempuan dan anak-anak dengan berbagai kemampuan yang ia miliki, seperti makanan, baju, kebutuhan sanitari, dan sabun.
خبرنگاران عزیز،
— Fawzia Koofi (@Fawziakoofi77) August 19, 2021
طرح این سوال که نظر گروه طالبان در مورد حضور زنان در رسانه ها چی است مورد ندار.همه این موارد در قوانین افغانستان و عرف معمول کشور طی سالهای متمادی به ویژه بعد از سال ۲۰۰۱ مشخص است. طرح این سوال و برتر ساختن یک گروه نسبت به قوانین باعث ضعف قوانین ما میشود. pic.twitter.com/TXSFXvgXln