Tak Makan Empat Hari, Ini Mukjizat Rasulullah yang Bikin Menangis
Anas bin Malik mengatakan bahwa suatu hari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) masuk ke dalam rumah Fatimah. Mengetahui sang ayah datang, Fatimah mengadu, “Wahai ayah, selama tiga hari kami belum merasakan makanan.”
Spontan, Nabi Muhammad SAW. membuka pakaian yang
menutup perutnya. Pada perut Nabi yang mulia tersebut, Fatimah melihat sebuah batu diikatkan dengannya. Kemudian, Nabi Muhammad SAW berkata:
“Wahai Fatimah, apabila kalian belum makan selama tiga hari, ayahmu ini belum makan selama empat hari.”
Selang beberapa saat, Nabi Muhammad SAW keluar dari rumah Fatimah dan berkata, “Alangkah sedihnya Hasan dan Husain kelaparan.”
Nabi Muhammad SAW terus berjalan sampai di Madinah. Di salah satu jalan, beliau bertemu dengan seorang Badui yang hendak mengambil air di samping sumur. Nabi Muhammad SAW berhenti di sana. Si Badui tidak mengetahui bahwa seseorang yang mampir di sampingnya itu adalah nabi.
“Wahai Kisanak, apakah engkau mempunyai pekerjaan yang dapat aku lakukan?” tanya Nabi Muhammad Saw.
“Ya,” jawab si Badui.
“Apa pekerjaan untukku?" tanya beliau lagi.
“Mengambil air dari sumur ini,” tukas si Badui.
Si Badui memberikan ember kepada beliau. Beliau mengambil air dengan ember tersebut. Beliau mendapatkan upah tiga biji kurma dari pekerjaan ini. Beliau memakannya.
Meneruskan Kembali Pekerjaannya
Setelah itu, beliau meneruskan kembali pekerjaannya hingga delapan ember. Ketika beliau hendak mengambil air untuk yang ke sembilan, tali ember putus. Dan, ember yang digunakan untuk mengambil air tersebut jatuh ke dalam sumur. Beliau berhenti dengan sedikit cemas. Si Badui marah dan menghampiri beliau. Bahkan, ia menampar wajah beliau. Dengan kecewa, si Badui memberikan dua puluh empat kurma kepada beliau. Beliau pun mengambilnya.
Kemudian, Nabi Muhammad SAW mengambil ember dari dalam sumur dengan tangan beliau, dan memberikannya kepada si Badui. Setelah itu, beliau pun pergi meninggalkan si Badui.
Melihat peristiwa ini, si Badui berpikir sembari bergumam, “Orang ini pasti Nabi!”
Setelah mengetahui hal itu, si Badui mengambil sebilah pisau besar, lalu memotong tangan kanan yang digunakan untuk menampar Nabi Muhammad SAW dengan pisau tersebut. Tak kuasa, ia pun pingsan.
Beberapa waktu kemudian, suatu rombongan melewati sumur tersebut. Mendapati seorang Badui tergeletak di pinggir sumur, mereka memercikkan air kepadanya. Akhirnya, si Badui pun sadar.
“Apa yang menimpamu?” tanya rombongan itu.
“Aku menampar wajah seseorang. Aku menyangka bahwa orang itu adalah Muhammad. Aku takut akan tertimpa suatu siksa. Lalu, aku memotong tangan yang aku gunakan untuk menamparnya itu,” jelas Badui.
Selanjutnya, si Badui pergi membawa potongan tangannya dengan tangan kiri menuju masjid. Dengan suara keras, ia memanggil, “Wahai teman-teman Muhammad, di mana Muhammad?”
Kala itu, Abu Bakar, Umar, dan Utsman duduk di sana.
“Mengapa engkau mencari Muhammad?" tanya mereka.
“Aku mempunyai keperluan dengannya,” jawab si Badui.
Salman datang menggandeng tangan Badui, dan membawanya ke rumah Fatimah. Sebab, Salman mengetahui bahwa setelah Nabi Muhammad SAW mengambil kurma, beliau membawanya ke rumah Fatimah. Nabi Muhammad mendudukkan Hasan bin Ali di atas paha sebelah kanan, dan Husain di atas paha sebelah kiri. Beliau menyuapi mereka dengan biji-biji kurma tersebut.
Dari luar, si Badui berkata, “Wahai Muhammad!”
Mendengar panggilan ini, Nabi Muhammad SAW berkata, “Wahai Fatimah, lihatlah ke depan!”
Fatimah keluar, dan mengetahui seorang Badui yang datang. Ia melihat si Badui memegang potongan tangannya yang mengalirkan darah. Fatimah kembali ke dalam dan memberitahukan hal itu kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau bergegas menuju ke depan
rumah. Setelah Nabi Muhammad SAW datang, si Badui berkata, “Wahai Muhammad, maafkanlah aku. Sungguh, aku tidak mengenalmu.” “Tapi, mengapa engkau memotong tanganmu?” tanya Nabi Muhammad SAW. “Wahai Muhammad, tidak mungkin aku membiarkan tangan yang aku gunakan untuk menamparmu ini tetap ada," kata si Badui. “Masuklah Islam, maka engkau akan selamat,” tegas Nabi Muhammad SAW. “Wahai Muhammad, apabila engkau seorang nabi, kembalikan
tanganku seperti sedia kala," pinta si Badui.
Nabi Muhammad SAW mengambil potongan tangan si Badui dan meletakkannya pada tempat semula. Nabi menyambungnya dan mengusapnya dengan tangan beliau. Dengan izin Allah Swt., tangan tersebut menyatu. Akhirnya, si Badui masuk Islam. Alhamdulillah.
Demikian terungkap dalam Kitab An-Nawadir. Semoga dengan kisah diatas tentang mukjizat Nabi Muhammad dapat kita ambil hikmahnya Amin.
Tauladan Rasul SAW begitu mendalam bagi kita dengan mengambil upah untuk mendapatkan sesuatu yang selanjutnya diberikan kepada putrinya untuk cucunya. Semoga kita dapat mentauladaninya. Amiin.