Buta Rekam Jejak Caleg, Unduh Aplikasi Karya UB Ini Saja
Rangga, 24 tahun. Seperti umumnya dia warga biasa di Kota Malang. Hanya bedanya, pemuda Rangga ini rajin mengikuti pemberitaan media mengenai Pemilu 2019. Secara serentak dilaksanakan 17 April 2019.
Rangga, warga Kecamatan Sukun Kota Malang ini juga tak segan menunjukkan kerajinannya berburu informasi soal Pemilu kepada ngopibareng.id. Dia buka-buka-buka histori, juga fanspage Facebook yang diikuti untuk mengetahui kabar Pemilu terkini.
Sebagai generasi milenial, Rangga memang akrab dengan dunia digital. Banyak informasi yang bisa dia peroleh. Memanfaatkan gawai yang dimilikinya, dia bisa tahu rekam jejak Capres dan Cawapres yang maju di Pemilu April nanti.
Meski belum bisa memastikan Capres dan Cawapres mana yang akan dipilih, setidaknya lewat selancar di internet, masih ada waktu tiga bulan untuk mempertimbangkan kepada siapa suaranya akan diberikan. Mudah sekali baginya untuk mengetahui rekam jejak dan prestasi dari masing-masing pasangan Capres dan Cawapres.
Tetapi kemudahan itu tidak Rangga temukan saat mencari informasi tentang calon legislatif yang juga digelar bersamaan dengan pemilihan Capres Cawapres.
“Saya hanya tahu lewat baliho yang terpampang di sepanjang jalan yang biasa saya lewati,” katanya.
Rangga bercerita, sekali waktu dia pernah mencari tahu nama-nama yang memajang baliho besar-besar lewat internet. Tapi tak banyak informasi yang bisa ditemukan.
“Boleh jadi ya karena reputasinya yang tidak banyak,” lanjutnya.
Sejauh ini informasi yang dia peroleh tentang beberapa Caleg hanya beredar simpang siur dari mulut ke mulut. Cenderung tidak bisa dipercaya kebenarannya. Bahkan membuatnya pesimis untuk mencoblos.
Bagi Rangga, rekam jejak Caleg itu penting untuk diketahui. Apa pun rekam jejaknya. Kalau reputasinya mumpuni pasti orang akan tertarik untuk mempertimbangkan jadi pilihan untuk dicoblos.
Aktivitas Rangga yang peduli informasi Pemilu, dilakukan juga oleh Deny, 28 tahun. Warga Malang yang bekerja sebagai pegawai di salah satu bank BUMN Kota Malang. Sampai saat ini Deny juga belum memastikan nama Caleg yang akan dipilih nanti.
Menurut dia, menggunakan gawai untuk mendengar kabar politik sudah teramat sering dia lakukan. Tapi mencari tahu tentang latar belakang Caleg itu bukan perkara mudah.
Malah, kata Deny, dirinya sudah pernah ditemui beberapa caleg. Namun, caleg yang menemuinya ini belum sesuai dengan kriteria Deny.
“Pernah punya pengalaman berjuang bersama rakyat,” katanya menyebutkan salah satu kriteria caleg yang harus dipenuhi.
Menurut Deny, model kampanye Caleg selama ini notabene sama. Promosi menggunakan berbagai media termasuk menemui calon pemillih pintu ke pintu, tapi tidak menceritakan latar belakang mereka sehingga layak untuk dipilih.
Ngopibareng.id juga mewawancarai Dyah Aftika, seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari berjualan pakaian dan aneka barang rumah tangga melalui online shop. Meski akrab dengan media sosial, Aftika tak tahu menahu dengan caleg dalam Pemilu 2019. Yang ia tahu hanya Capres Cawapres yang selama ini santer dikabarkan berbagai media. Sehingga, mudah untuk mengetahuinya, berbeda dengan informasi mengenai Caleg.
Apa yang disampaikan Rangga, Deny, dan Aftika pasti juga dirasakan banyak calon pemilih lain. Sulit rasanya mengetahui rekam jejak calon legislatif yang akan mewakili suara mereka di parlemen selama lima tahun ke depan. Di lain sisi, dalam hajatan demokrasi ini, semua warga negara dituntut untuk memeriahkan dengan cara menyoblos daftar caleg yang ada.
Di era digital ada cara baru untuk mengenali Caleg yang akan kita pilih nanti. Salah satunya melalui aplikasi yang bisa diperoleh di gawai kita.
Bermula dari penelitian skripsi tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (Filkom UB) menciptakan aplikasi bernama InfoCaleg2019. Tim ini mendata sebanyak 14.556 pemberitaan terkait pemilihan legislatif dan sebanyak 3.318 atau 23 persen tentang pelanggaran pemilu. Ada banyak kasus yang sering terjadi dalam Pemilu seperti gratifikasi, suap, penggelembungan suara, politik uang, pelanggaran administratif, dan berita hoax.
Mereka juga merasa bahwa dalam kegiatan berkampanye, masih ada unsur money politic serta informasi yang tidak valid. Media berkampanye dengan banner, umbul-umbul dan spanduk, menurutnya juga masih belum mampu untuk mengenal caleg lebih dekat.
Kepala Laboratorium Teknologi, Media, Game dan Mobile Filkom UB, Hermanto Tolle berharap aplikasi tersebut dapat membantu siapa pun untuk mengenal lebih dekat para caleg. Aplikasi InfoCaleg2019 menyediakan data informasi mengenai delapan ribu Caleg.
Rekam jejak dari Caleg ditampilkan secara detail untuk menambah penilaian masyarakat terhadap calon yang akan mereka pilih. Mulai dari latar belakang pendidikan, pekerjaan, visi misi, karya, popularitas, organisasi hingga rekam jejak mereka yang pernah terjerat tindak pidana korupsi. Penyajian informasi caleg secara detail ini yang menurut Hermanto, membedakannya dengan data informasi dari KPU.
Secara khusus aplikasi ini menyasar para pemilih pemula dan generasi milenial. Bagi para caleg, juga bisa memanfaatkan aplikasi ini untuk kampanye secara virtual. Dengan begitu kasus yang dialami calon pemilih seperti Deny, Rangga, dan Aftika bisa terselesaikan. Mengurangi kemungkinan mereka yang tidak menyoblos karena tidak kenal dengan calonnya. (Fajar Dwi Ariffandhi)