Tak KB, Bayi Kembar Tiga, Anak Genap 6 Orang
Semula pasangan Eka Dwi Purwati dan Rusdianto tak menyangka bakal dikaruniai bayi kembar tiga. Mengingat, usia Eka saat ini 41 tahun, sedangkan suaminya 51 tahun.
Saat hamil anak keempat, Eka merasakan kandungannya terasa berat dan sakit. Padahal usia kandungannya saat itu baru dua bulan.
Warga Desa Mlilir, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun itu, melakukan pemeriksaan kandungan ke dokter spesialis anak di Ponorogo. Dari pemeriksaan itulah, baru ia mengetahui bahwa janin dalam kandungannya kembar tiga. "Memang ada keturunan dari nenek. Paman saya kembar, tapi dua," tutur Eka.
Dari hasil pemeriksaan itu pula, Eka dan Rusdianto mempersiapkan segala kebutuhan untuk proses persalinan. Mulai dari biaya hingga kesiapan mental. Bertambahnya usia kandungan semakin berat pula bobot kandungan. Namun, dokter belum dapat mengetahui jenis kelamin ketiganya.
Memasuki usia kandungan 32 minggu atau delapan bulan, perut Eka semakin sakit dan berat. Saat ia hendak kencing, bau amis tercium. Rupanya bukan air seni yang dikeluarkan, melainkan air ketuban yang pecah.
Eka dan suami bergegas ke dokter kandungannya, pada 9 Februari 2019. Tensi darah Eka terbilang cukup tinggi, mencapai 220/180 mmHg. Dokter mengambil tindakan operasi sectio caesaria (SC). Operasi berlangsung selama dua jam.
Usai persalinan, Eka baru tahu bahwa anak ke-4, 5, dan 6 itu berjenis kelamin laki-laki. "Alhamdulillah, lahir dengan selamat," ucapnya penuh syukur.
Selang empat jam dilahirkan, ketiga bayi kembar itu harus menjalani perawatan intensif di RSUD dr Harjono. Masing-masing memiliki berat badan 1,6; 1,6; dan 1,2 kilogram dengan tinggi badan 42 sentimeter.
Kini, bayi yang diberi nama Damar Setiaji, Danu Setiaji, dan Dani Setiaji telah melewati masa perawatan selama 17 hari. Ketiga bayi kembar itu diberi perawatan pemasangan oksigen, infus, dan ditempatkan di dalam inkubator.
Sementara kondisi sang ibu semakin membaik. "Syukur (anak) sudah genap enam, dua perempuan dan satu laki-laki. Rumah semakin ramai," tutur Eka yang tidak menjalani program KB.
Kepala ruang perawatan bayi, Sri Wahyuni mengatakan, saat bayi dibawa ke rumah sakit kondisinya sesak, reflek hisap belum bagus serta kebiruan. "Selama di inkubator bayi kami latih minum lewat mulut, setelah bisa menghisap akhirnya langsung menyusu ke ibunya," jelasnya. (yas)
Advertisement