Tingkat Kematian Jatim Tertinggi, Satgas Jelaskan Penyebabnya
Angka kasus kematian pasien terpapar virus corona atau Covid-19 di Jawa Timur tetap menjadi yang tertinggi secara nasional dengan total 5.055 kasus kematian. Sedangkan nomor dua ada Jawa Tengah dengan total akumulasi kematian sebesar 4.668, dan DKI Jakarta dengan total 3.027.
Staf Ahli Rumpun Kuratif Satgas Penanganan Covid-19, dokter Makhyan Jibril Al-Farabi menyampaikan, angka kematian ini rata-rata diakibatkan karena faktor adanya penyakit penyerta pada para pasien. Total kematian akibat komorbid sebesar 91,9 persen, sedangkan sisanya murni karena Covid-19.
Dari hasil evaluasi, ada tiga yang tertinggi yakni diabetes mellitus 27, 6 persen, lalu hipertensi 23 persen, dan Jantung 19 persen.
“Dari penyebabnya ada tiga tertinggi yakni karena gangguan saluran pernapasan 62 persen, kemudian infeksi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh 18 persen, dan 15 persen akibat dari gagal jantung,” papar Jibril kepada Ngopibareng.id.
Lebih lanjut, kata Jibril, dari risiko kematian yang bahaya, pasien yang sudah terkena ginjal memiliki kemungkinan 3,7 kali lipat meninggal, kemudian diabetes 2,4 kali lipat, jantung 3,1 kali lipat, dan faktor usia 60 tahun ke atas 2,9 kali lipat.
Selainn itu, faktor stigma juga menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Jatim. Pasalnya, dari hasil evaluasi, banyak masyarakat yang terpapar atau memiliki gejala yang sudah masuk katagori berat, tidak segera untuk datang ke rumah sakit untuk perawatan.
“Kebanyakan saat ini fenomena yang terjadi karena banyak masyarakat yang takut untuk ke rumah sakit. Sehingga ketika ke rumah sakit kondisinya sudah berat, sudah terjadi happy hypoxia. Saturasi oksigen sudah terlanjur di bawah 80 persen. Sehingga, banyak ditemui kasus death on arrival, yakni meninggal karena sudah terlambat dan meninggal di UGD,” ungkapnya.
Jibril mengatakan, hal itu karena stigma akan dijauhi oleh kerabat dan juga mungkin dikeluarkan dari tempat kerjanya karena pernah terpapar Covid-19.
“Kami mengimbau ke masyarakat tidak perlu khawatir, justru kalau tertangani dengan cepat bisa lebih baik hasilnya,” pungkasnya.
Advertisement