Tak Hanya Pendemo, Polisi Junta Myanmar pun Tangkap Paramedis
Pasukan keamanan di bawah kendali junta militer Myanmar masih terus melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dengan perlawanan bengis terhadap massa antikudeta.
Bahkan, polisi junta Myanmar menargetkan paramedis, walaupun mereka merawat pengunjuk rasa antikudeta yang terluka. Paramedis ikut terluka akibat kekejaman militer di sana.
"Polisi menghentikan ambulans dan memerintahkan mereka untuk keluar. Beberapa saat kemudian, polisi mulai memukuli mereka dengan tongkat," kata salah satu pemimpin kelompok itu, yang meminta namanya tidak disebutkan kepada Arab News, dikutip Minggu 7 Maret 2021.
Polisi menggunakan persediaan senjata untuk memukuli mereka. Salah satu anggota tim terluka parah setelah helm pengamannya rusak.
Mereka berempat, kata pemimpin MMSH, dibawa ke penjara Insein terkenal kejam.
Dua anggota dari We Love North Okalapa (WENO), tim penyelamat di kotapraja Okalapa Utara Yangon, ditahan pada hari yang sama, tetapi kemudian dibebaskan.
Seorang relawan WENO mengatakan, salah satu demonstran ditahan adalah ketua kelompoknya.
"Ketua terluka parah oleh pentungan sementara yang lain ditembak di paha oleh polisi," kata relawan WENO. Bahkan, ambulans MMSH dan WENO dihancurkan oleh aparat keamanan.
Pasukan junta Myanmar juga menggerebek kantor Masyarakat Layanan Pemakaman Gratis (FFSS) di Okalapa Utara.
Mereka dikabarkan mencari pendiri FFSS, yakni Kyaw Thu, salah satu aktivis sosial paling vokal di negara itu.
Ratusan ribu orang telah berdemonstrasi di hampir seluruh kota di Myanmar setelah militer menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi.
Setidaknya, 50 pengunjuk rasa telah tewas sejak awal gerakan pembangkangan sipil.
Sebanyak 38 dari mereka tewas, pada Rabu 3 Maret 2021, ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan peluru tajam. Lebih dari 1.200 orang telah ditangkap, termasuk paramedis.
Rekaman video yang menjadi viral di media sosial setelah tindakan keras tersebut menunjukkan anggota kelompok relawan yang berbasis di Yangon, Mon Myat Seik Htar (MMSH), dipukuli oleh polisi.
Pascameningkatnya kekerasan, kelompok yang hadir di seluruh pelosok negeri itu menolak memberikan layanan medis kepada orang orang terkait dengan militer.
Advertisement