Tak Hanya Kuantitas, Aktualisasi Gerakan Amaliah Dukung Aisyiyah
Masuk pada abad kedua sejak kelahirannya, 'Aisyiyah telah melakukan aktualisasi gerak dakwah melintas batas. Dibuktikan dengan persebarannya yang telah sampai di luar negeri, hal tersebut juga membuktikan bahwa 'Aisyiyah menjadi organisasi perempuan Islam yang terbesar dan memiliki jaringan internasional.
Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat 'Aisyiyah (PPA) mengungkapkan hal itu, pada resepsi Milad 'Aisyiyah ke-105 tahun Hijriah yang diselengarakan oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah (PWA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu 3 April 2019.
"Bukan hanya karena kuantitas, 'Aisyiyah sebagai organisasi Perempuan Islam, tapi juga karena jaringan yang dipunyai telah tersebar di beberapa Negara," ungkapnya.
"Selain jaringan, 'Aisyiyah besar juga karena melakukan aktualisasi gerakan dalam bentuk amaliah. Yang berwujud Amal Usaha dengan jumlah melimpah. Dinamika dakwah 'Aisyiyah melalui berbagai macam dan bentuk kegiatan dan Amal Usaha yang dikembangkan selama 105 tahun telah melintas batas".
Selain jaringan, 'Aisyiyah besar juga karena melakukan aktualisasi gerakan dalam bentuk amaliah. Yang berwujud Amal Usaha dengan jumlah melimpah. Dinamika dakwah 'Aisyiyah melalui berbagai macam dan bentuk kegiatan dan Amal Usaha yang dikembangkan selama 105 tahun telah melintas batas. Kesemua itu berlandasan gerak diatas nilai-nilai Islam yang berkemajuan dan gerakan Pencerahan.
Bukan hanya hadir dalam bentuk Amal Usaha, kehadiran 'Aisyiyah sejak sebelum kemerdekaan juga memiliki misi penting terkait pembagian sekat anatar laki-laki dan perempuan. Penafsiran yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah kala itu memiliki visi dan misi progresif terkait isu-isu keperempuanan. Melalui kesadaran kritisnya, Ahmad Dahlan kemudian mengumpulkan perempuan-perempuan disekitar kampungnya untuk belajar agama, sebagaimana lakai-laki belajar.
"Sekat kurung terhadap perempuan sebenarnya sudah mulai dikikis hilang oleh KH. Ahmad Dahlan, melalui pembentukan kelompok perempuan yang sekarang ini dikenal sebagai 'Aisyiyah," terangnya.
Dalam persepektif Gender, keberadaan 'Aisyiyah bukan sama sekali mendegasikan peran laki-laki dalam kehidupan perempuan. Namun menjunjung nilai-nilai dasar antar keduanya, yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Hadirnya 'Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Islam ditengah-tengah persoalan yang merundung kehidupan bangsa dan umat, memberikan angin segar. Gerak pemberdayaan dan pembebasan digarap dengan telaten, serius dan berkesinambungan. Karena gerak dakwah yang dilakukan 'Aisyiyah merupakan bentuk ikhtiar dalam mebumikan gerakaan dakwah pencerahan, melalui jihad al-muwajjahah.
"'Aisyiyah membantu menerjemahkan Islam sebagai agama yang mampu memberikan jawaban atas berbagai persoalan yang ada di kehidupan manusia," tambahnya.
Hal tersebut merujuk kepada risalah pencerahan yang dirumusakan Muhammadiyah. Rumusan risalah tersebut juga memuat mengenai agama pencerahan dan mengusung ajaran wasathiyah. Dengan maksud sebagai jawaban atas problem kamusiaan, ini sebagai komitmen Muhammadiyah untuk mewujudkan Islam sebagai agama yang mencerahkan kehidupan.
Mempertimbangkan idelita dan relita dakwah tersebut, maka PPA dalam Milad ke 105 H/102 M mengambil langkah strategis. Mengerakkan seluruh potensi institusi dan sumber daya insani. Baik pimpinan, anggota, kader 'Aisyiyah serta amal usaha 'Aisyiyah untuk mengambil peran aktif dalam usaha-usaha dakwah pencerahan sebagai aktualisasi Risalah Pencerahan untuk Dakwah 'Aisyiyah melintas batas. (adi)
Advertisement