Tak Hanya Kejar Tiket Surga, Ini Gaya Berdakwah Haedar Nashir
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatkan, tantangan dakwah Muhammadiyah semakin tinggi, semakin berat. Karena itu perlu strategi khusus.
Dalam realitas sosial, dapat disaksikan bersama telah terjadinya perubahan peta dakwah. Belakangan ini hadirnya komunitas-komunitas baru juga membutuhkan kehadiran da’i-da’i Muhammadiyah yang memiliki wawasan keislaman yang mumpuni.
“Agar bisa melahirkan Islam sebagai petunjuk maka masih memerlukan kemampuan dan strategi baru,” kata Haedar Nashir, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Minggu 16 Desember 2018.
Dalam perkembangannya komunitas-komunitas baru memerlukan materi dan model dakwah khusus. Setelah reformasi, kelompok puritan segera mendapatkan tempat di masyarakat. Karena masyarakat membutuhkan suatu kepastian nilai. Di beberapa kota-kota besar misalnya, mereka menjadi majelis taklim dan kelompok tarekat baru.
"Kita harus yakin dengan potensi yang telah dimiliki. Sudah sepantasnya untuk berjuang serta mengembangkannya. Kita memiliki modal berupa kepercayaan, rekam jejak dan jaringan yang luas untuk mengembangkan Muhammadiyah. Organisasi dakwah harus menawarkan tiket ke surga bagi umatnya dengan cara-cara yang empati dan simpatik,” kata Haedar.
Sebelumnya, Haedar Nashir menghadiri Rapat Koordinasi dan Halaqah Nasional Da’i yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah pada Jumat 14 Desember di Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dalam kesempatan itu, Haedar menyampaikan bahwa acara ini penting dan strategis, meski pekerjaan LDK terbilang sunyi. Kenyataannya tidak banyak peminatnya dan tidak begitu populer.
“Lembaga ini punya pekerjaan yang sulit dan tidak mudah. Apa yang sudah dilakukan oleh LDK menunjukkan tanda-tanda kemajuan,” ujar Haedar.
Dalam kesempatan itu Haedar menyinggung dinamika politik yang terjadi saat ini. Ia menuturkan bahwa kondisi politik di Indonesia saat ini ada kecenderungan politik yang mengeras, dan melahirkan kecenderungan politik identitas.
"Sehingga ormas-ormas besar yang ada menjadi tumpuan untuk membimbing moral ke arah kehidupan masyarakat," ucapnya.
Haedar mengatakan, jika ada persoalan moral keagamaan, maka yang menjadi rujukannya adalah ormas Islam besar seperti Muhammadiyah. Dalam usia Muhammadiyah yang ke-106 tahun, kita patut bersyukur bahwa telah dianugerahi kemampuan mengelola amal usaha. Karena itu kita wajib untuk merawatnya.
"Kita harus yakin dengan potensi yang telah dimiliki. Sudah sepantasnya untuk berjuang serta mengembangkannya. Kita memiliki modal berupa kepercayaan, rekam jejak dan jaringan yang luas untuk mengembangkan Muhammadiyah. Organisasi dakwah harus menawarkan tiket ke surga bagi umatnya dengan cara-cara yang empati dan simpatik,” kata Haedar. (adi)