Tak Hanya Hidden Gem, Ini Kisah Historis Bukit Khandamah
Oleh: Faris Khoirul Anam
Pengasuh Pesantren Darul Faqih Malang, Wakil Ketua Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur
Pengantar Redaksi: Hidden Gem. Istilah ini banyak beredar di media sosial belakang ini. Tempat yang disebut hidden gem adalah tempat yang biasanya terletak jauh dan sulit atau tidak sama sekali untuk dijangkau.
Seperti tentang Bukit Khandamah dalam relasi sejarahnya. Hanya butuh usaha lebih untuk sampai ke tempat tersebut, seperti masuk ke hutan ataupun mendaki bukit. Hal itu menyebabkan banyak orang tidak tahu keberadaan tempat yang dimaksud.
Berikut KH Faris Khoirul Anam dari Malang memberi catatan khusus tentang Bukit Khandamah:
Gunung Khandamah yang terletak berdekatan dengan Masjidil Haram menjadi viral di kalangan jamaah haji dan umrah, utamanya dari Indonesia. Pasalnya, lokasinya yang tepat berada di atas terminal Syi'ib Amir, membuat orang yang menaikinya dapat memandang bebas Masjidil Haram dari arah Mas'a (tempat sa'i), dan tentunya kemegahan Abraj Sa'ah atau tower jam Makkah.
Tak ayal, pengunjung kota Makkah menjadikannya sebagai spot foto, atau sekedar memandang Masjidil Haram dari atas. Di malam hari, dari atas bukit yang bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor ini, pendaran cahaya masjid suci ini makin elok dinikmati.
Namun, tak hanya menyajikan view Masjidil Haram, ternyata gunung ini menyimpan banyak kisah tentang Rasulullah dan perjuangan beliau di masa awal Islam.
Lima Kisah tentang Khandamah
Berikut ini lima kisah tentang Khandamah, penulis rangkum dari beberapa sumber.
Pertama, bukit Khandamah oleh Sayyidina Abbas digunakan untuk menyifati Rasulullah. Gunung ini memang bukan yang tertinggi di Makkah, tapi dia yang terbesar. Oleh karena itu, saat Sayyidina Abbas ditanya oleh suku-suku Arab tentang bagaimana keponakannya, yaitu Nabi Muhammad, beliau menggunakan Khandamah untuk mengilustrasikan tentang keagungan Nabi Muhammad.
Beliau menjawab:
والله إنه أعظم من خندمة
"Demi Allah, sesungguhnya dia (Rasulullah) lebih agung daripada Khandamah."
Kedua, bukit Khandamah menjadi tempat pelarian Ikrimah bin Abu Jahal sebelum masuk Islam. Syahdan, di salah satu puncak bukit ini terjadi bentrok antara Khalid bin Walid dengan sebagian kaum musyrikin Quraisy pada peristiwa Fathu Makkah. Ikrimah bin Abu Jahal - sebelum keislamannya - lari ke salah satu sisi Gunung Khandamah ini.
Salah seorang dari kaum musyrikin yang berlari dari Makkah pada peristiwa pembebasan Kota Makkah, diledek oleh istrinya karena kabur terbirit-birit. Lalu sang suami menjawab:
إنك لو شاهدت يوم الخندمة
إذا فر صفوان وعكرمة
واستقبلتنا بالسيوف المسلمة
يقطعنا كل ساعدٍ وجمجمة
Sesungguhnya jika engkau menyaksikan hari di Khandamah
Ketika Shafwan dan Ikrimah melarikan diri,
dan kami disambut dengan pedang-pedang orang muslim,
yang siap memotong setiap lengan dan tengkorak.
Ketiga, bukit Khandamah menjadi penampung air hujan untuk kota Makkah. Harian Arab Saudi Sabq merilis beberapa peran Gunung Khandamah sebagai "tandon air" kota Makkah. Mengutip beberapa penjelasan sejarawan Arab, dijelaskan sebagai berikut:
ونقل الفاكهي من علماء القرن الثالث الهجري، في كتابه (أخبار مكة في قديم الدهر وحديثه) والذي حققه الدكتور عبد الملك بن دهيش (يرحمه الله) عن ابن عباس - رضي الله عنهما- قال: «ما مُطِرَت مكة قط إلا كان للخندمة عزه». وقال الفاكهي إن في ظهر الخندمة: المفاجر، وواحدها المفجر وفيها يقول الشاعر: «فبطن مكة اسقا فأسقا مُحسِّرًا.. فمزدلفات فالمفاجر».
Dikutip oleh Al-Fakihi, seorang ulama abad ketiga Hijriah, dalam kitabnya "Akhbar Makkah fi Qadimi al-Dahr wa Hadithihi", yang ditahqiq oleh Dr. Abdul Malik bin Duhaysh - semoga Allah merahmatinya -, dari Ibn Abbas - semoga Allah meridhai mereka berdua - berkata: "Tidak pernah Makkah ditimpa hujan kecuali Khandamah memiliki bagian."
Al-Fakihi mengatakan bahwa di belakang Khandamah terdapat banyak aliran air, yang disebut penyair: "Maka perut Makkah diberi minum hingga puas.. dan selanjutnya ke Muzdalifah dan aliran-aliran air lainnya."
Keempat, Khandamah menjadi bagian deretan gunung yang akan dilemparkan oleh Malaikat ke Thaif untuk membela Nabi Muhammad. Penjelasan ini disebutkan dalam kitab Manasik wa Amakin Thuruq al-Hajj wa Ma'alam al-Jazirah karya Ibrahim bin Ishaq bin Ibrahim (w. 285 H) yang ditahqiq oleh Sheikh Hamad al-Jasir berikut ini.
بين جبلين بين أبي قبيس وقعيقعان ويتصل بأبي قبيس الخندمة.
"(Makkah) berada di antara dua gunung, yaitu Abu Qubais dan Qaiqa'an, yang mana Abu Qubais berhubungan dengan Khandamah."
واعتبر الشاعر المكي الشهير أحمد بن إبراهيم الغزاوي - رحمه الله- صاحب «شذرات الذهب» أن الخندمة أحد أخشبي مكة أذ يقول «وهو على يمين الصاعد إلى منى وأحد أخشبي مكة.. ويقابله الثاني «قعيقعان» ولعله ارتأى ذلك لأن أبي قبيس جزء من سلسلة الخنادم مما قد يكون جعل خندمة في رأيه الأخشب الثاني لمكة المكرمة من قبيل إطلاق الكل على الجزء.
Penyair Makkah terkenal, Ahmad bin Ibrahim al-Ghazawi - semoga Allah merahmatinya - penulis Shadzarat al-Dzahab menganggap Khandamah sebagai salah satu dari dua puncak atau akhsyabain, yang disebut malaikat akan dilemparkan ke penduduk Thaif jika Nabi Muhammad berkenan.
Dia berkata, "Khandamah berada di kanan orang yang naik ke Mina dan salah satu dari dua puncak (Akhsyabain) di Makkah.. dan yang kedua adalah Qaiqa'an."
Potensinya, dia berpendapat bahwa Abu Qubais merupakan bagian dari deretan Khandamah, sehingga dalam pandangannya, Khandamah adalah salah satu dari dua puncak utama (akhsyabain) di Makkah sebagai bentuk penyebutan semuanya untuk sebagiannya.
Melihat besarnya Gunung Khandamah dan andai Nabi Muhammad menerima tawaran malaikat saat itu, bisa dibayangkan bagaimana luluh lantaknya Thaif dan penduduknya kala itu. Namun Nabi Muhammad bersabar. Berkat kesabaran Rasulullah, saat ini semua penduduk Thaif beriman, bahkan Islam menyebar ke seluruh dunia pun berkat kegigihan dan kesabaran Rasulullah.
Kelima, bukit Khandamah menghadap ke Masjidil Haram dan Syi'b Bani Hasyim. Lokasi strategis ini dapat dipergunakan oleh pengunjung bukit Khandamah untuk merefleksikan bagaimana perjuangan keluarga Rasulullah dan orang-orang Islam di masa awal, saat diboikot oleh Kafir Quraisy.
Dari puncak Khandamah terlihat satu bidang tanah di dekat Jabal Abi Quraisy. Dulunya tempat ini dikenal dengan nama Syi'ib Bani Hasyim. Di tempat inilah, selama tiga tahun sejak tahun 7 usia dakwah Nabi Muhammad, umat Islam diboikot oleh Kafir Quraisy. Blokade ekonomi dan sosial itu terjadi pada Bani Hasyim dan Bani Muthalib, meski Abu Lahab menyatakan keluar dari Bani Mutthalib dan bergabung dengan kafir Quraisy pada umumnya.
Akibat boikot, umat Islam hanya bisa makan daun, bayi-bayi kelaparan dan menjerit menangis sampai terdengar dari kampung lain. Materi blokade oleh kafir Quraisy digantung di Kakbah, meski kemudian habis dimakan rayap dan yang tersisa hanya asma Allah.
Advertisement