Tak Gentar Walau Sempat Dibekukan Dekanat, BEM FISIP UNAIR: Kami Tetap Kritis Pada Pemerintah
Presiden BEM FISIP UNAIR Tuffahati Ullayyah Bachtiar menyatakan tetap akan bersikap kritis dalam menyuarakan aspirasi, meski karangan bunga bernada satir yang ditujukan kepada pemerintahan baru Prabowo-Gibran sempat membuat kepengurusannya dibekukan sementara oleh Dekanat FISIP UNAIR.
"Bahwasannya BEM FISIP akan tetap kritis ke depannya, dengan itu tadi tidak keluar dari koridor akademik. Dan karangan bunga yang kemarin memang bentuk ekspresi dari teman-teman Kementerian Politik dan Kajian Strategis, itu memang di bawah BEM FISIP," ungkapnya di halaman Gedung FISIP UNAIR, Senin 28 Oktober 2024.
Terkait bentuk ekspresi berupa karangan bunga yang bertuliskan ‘Selamat atas dilantiknya Jenderal bengis pelanggar HAM dan Profesor IPK 2,3, sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang lahir dari rahim haram konstitusi, Jenderal TNI Prabowo Subianto Djojohadikusumo (Ketua Tim Mawar) - Gibran Rakabuming Raka (Admin Fufufafa), dari: Mulyono (Bajingan Penghancur Demokrasi)', Tuffa menyebut, karangan bunga tersebut adalah puncak ekspresi dari Kementerian Politik dan Kajian Strategis BEM FISIP UNAIR sejak pelaksanaan Pemilu 2024 silam.
"Ini sebagai penutup, hasil dari rangkaian kajian kemudian diskusi, lantas karya-karya lainnya yang sudah dihasilkan Kementerian Politik dan Kajian Strategis. Topiknya itu saling bersambungan, jadi kita memang dari awal itu isunya adalah mengawal pemilu, selain itu kita juga mengawal terkait kasus pelanggaran HAM," ungkapnya.
Dengan periode Kabinet Panca Aksara pimpinan Tuffa yang tinggal menyisakan dua bulan saja, dirinya menegaskan pihaknya tetap melayangkan kritik secara kritis, berani, dan tegak.
"Ke depannya kami bertekad untuk tetap kritis, kami tetap tegak, dan kami tetap berani. Untuk pemilihan diksi dan lain-lain itu nanti urusan lain. Tapi kami yang jelas mengamini apa yang diperhatikan oleh BEM. Kami tetap tegak dan kami tetap berani dalam penggunaan diksi-diksi seperti itu," jelasnya.
Sepertu diberitakan sebelumnya, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP UNAIR) Prof Bagong Suyanto resmi mencabut pembekuan sementara BEM FISIP UNAIR.
Bagong menjelaskan, surat keputusan Nomor 11048/TB/UN3.FISIP/KM.04/2024 telah dicabut dan tidak berlaku setelah pihak BEM FISIP UNAIR yang dikepalai Tuffahati Ullayyah Bachtiar sepakat untuk tidak menggunakan narasi dan diksi yang dianggap pihak dekanat kasar dan tidak sesuai kaidah akademik pada aksi-aksi berikutnya.
"Kami sudah bertemu, sudah berbicara dari hati ke hati. Intinya, detik ini juga dekanat akan mencabut SK Pembekuan Kepengurusan BEM FISIP UNAIR. Dasarnya adalah, kami sudah sepakat dengan Mbak Tufa dan teman-teman bahwa konsen kami, kami tidak ingin kita ini mengembangkan kultur yang terbiasa menggunakan diksi-diksi yang kasar di dalam kehidupan politik. Jadi kami sepakat untuk memilih menggunakan diksi yang sesuai dengan kultur akademik," ungkapnya di halaman Kampus FISIP UNAIR, Senin 28 Oktober 2024.
Menurutnya, pembekuan sementara kepengurusan BEM FISIP UNAIR tersebut sepenuhnya dilatarbelakangi karena penggunaan diksi-diksi yang dianggap tidak mencerminkan aksi mahasiswa yang seharusnya mendidik.
"Kami paham apa yang disuarakan oleh BEM FISIP ya. Itu menjadi hak BEM FISIP untuk menyuarakan apa yang menjadi aspirasi mereka. Tapi saya sebagai Dekan dan pihak Dekanat memastikan kepada BEM untuk tidak lupa marwah akademiknya, tentu menjadi tugas moral kami untuk mengingatkan supaya tidak ikut-ikutan larut dalam kegiatan politik yang menggunakan diksi-diksi yang tidak sopan, yang kasar," ungkapnya.
Guru besar program studi Sosiologi ini juga merinci, pembekuan sementara kepengurusan BEM FISIP UNAIR tersebut dilakukannya setelah karangan bunga satire kepada Prabowo-Gibran yang dipasang pada Kamis 24 Oktober 2024 lalu itu viral di media sosial.
"Betul ya, karena sudah viral dan ada hari Sabtu dan Minggu ya, yang membuat kami tidak bisa segera bertemu dengan Mbak Tufan. Seumpama kemarin tidak hari libur mungkin tidak perlu ada surat ya, sudah bisa segera ketemu. Saya khawatir ada beberapa orang yang merasa itu dibiarkan oleh pimpinan fakultas. Saya tidak mau dalam posisi sebagai pihak yang seolah-olah membiarkan pelanggaran etika akademik terjadi. Karena penggunaan hate speech itu, itu sesuatu yang tidak benar secara politik," tegasnya.
Advertisement