Tak Digubris Risma, P3T Layangkan Surat Tuntutan ke Presiden
Pedagang pasar tunjungan yang tergabung dalam Perkumpulan Pedagang Pasar Tunjungan (P3T) layangkan surat tuntutan kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Mereka meminta campur tangan presiden untuk menyelesaikan proses revitalisasi Pasar Tunjungan.
Kepada ngopibareng.id, Wakil Ketua P3T, Jalil Hakim mengatakan, surat itu dilayangkan karena sejak lama tidak ada respon positif dari Pemkot Surabaya melalui BUMD PD Pasar Surya.
Padahal, perjanjian itu sudah dilakukan sejak lama antara pedagang dan Pemkot Surabaya untuk membatalkan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang diajukan P3T, karena tindakan PD Pasar Surya yang main usir-usir pedagang pada 16 Mei 2016.
Saat itu, Pemkot dan PD Pasar Surya meminta para pedagang agar mencabut atau tidak meneruskan gugatannya. Akhirnya, permintaan itu disepakati para pedagang. Dengan syarat Pemkot Surabaya dan PD Pasar Surya harus merevitalisasi dan tidak menarik retribusi. Tapi hingga sekarang syarat itu tidak ditindaklanjuti.
"Kami kirim surat ke Presiden (Jokowi) karena kurang mendapat respon dari Pemkot tentang kejelasan itu (revitalisasi Pasar Tunjungan)," kata Jalil Hakim, Kamis 28 November 2019.
Kata Jalil, kondisi Pasar Tunjungan saat ini bagaikan rumah hantu dan sangat memprihatinkan bagi salah satu icon Kota Surabaya itu.
Plafon banyak yang bolong, lantai dipenuhi triplek dan kayu lapuk dan penuh debu. Dindingnya retak-retak, lift dan escavator sudah tidak berfungsi, toilet tidak berfungsi.
"Kondisi saat ini buruk. Atapnya bolong, bukan lagi bocor di lantai 3. Kalau hujan pasti banjir. Karena tidak ada pembuangan air di lantai 1. Apalagi elevasi Jalan Tunjungan lebih tinggi dari bangunan," katanya.
Sementara itu, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini sampai saat ini belum memberikan penjalasan apapun kepada P3T terkait revitalisasi pasar.
Hal ini semakin membuat stres para pedagang di tengah kondisi yang buruk namun pedagang terus ditarik retribusi. Sehingga, nasib pedagang sudah jatuh tertimpa tangga.
Karena itu, dari sekitar 270-an stand yang ada hanya terisi 18 stand karena banyak yang memutuskan keluar.
"Pembelinya gak ada, bagaimana pedagang bisa hidup? Akhirnya satu per satu tutup. Ada yang ditutup paksa karena retribusi, dan ada yang karena kondisi. Mau tahan gak ada yang beli, retribusi jalan terus, siapa yang kuat?" kata Jalil.
Permasalahan ini, katanya, tak bisa dihiraukan begitu saja. Jalil mengatakan, Pemkot harus segera mengambil langkah tegas kalau PD Pasar Surya tak mampu mengatasi masalah ini. Sebab, rekening PD Pasar Surya diblokir karena masalah pajak.
Ia mengatakan, seharusnya dengan kondisi PD Pasar Surya yang terpuruk, Walikota harusnya memutar otak dengan mengucurkan dana APBD. Tapi, tampaknya Risma enggan memikirkan icon Surabaya ini.
"Maka, kami minta presiden yang memiliki program-program revitalisasi pasar tradiosional untuk berkontribusi besar, dan ketika krisis pasar ini tetap bertahan," katanya.