Tak Berzikir, Tapi Ini Keunggulan Imam Syafi'i yang Ahli Ilmu
Kemasyhuran Sayyidina Imam Syafi’i karena kealiman dan kezuhudannya membuat semua orang terpesona mendengarkan kisahnya. Termasuk putri dari Sayyidina Imam Malik.
Putri Imam Malik tahu, ayahandanya adalah orang yang sangat alim tak tertandingi pada zamannya, bahkan Imam Syafi’i juga pernah menjadi murid ayahandanya. Namun Ayahandanya justru sangat mengagumi dan sangat menghormati muridnya tersebut.
Rasa penasaran tak terbendungkan dari sang putri akhirnya terbayar sudah. Suatu hari Imam Syafi’i berkunjung ke rumah Imam Malik. Melihat penampilan Imam Syafi’i, putri dari Imam Maliki hanya terbengong saja.
Penampilan Imam Syafi'i dirasa sangat tidak sinkron dengan kebesaran namanya. Penampilan yang malah lebih sederhana daripada orang biasa. Tidak beda dengan musyafir lusuh bersahaja.
Ucapan Sederhana Memulikan
Ucapan yang sangat sederhana dan sangat memuliakan ayahandanya inilah yang membuatnya semakin bingung. “Apa sih istimewanya tamu ini ? ”
Hancur sudahlah kekagumannya.Ternyata tidak sesuai dengan bayangannya. Seorang Syaikh biasa saja penampilannya sangat berkharisma, apalagi seorang Imam Madzhab. Orang yang hafal satu juta hadis.
Dimuliakan Imam Maliki
Entah mengapa ayahandanya sangat memuliakan tamu ini melebihi yang biasa beliau lakukan kepada tamu-tamu yang lain.
Setelah bercengkerama dan membicarakan banyak hal, tibalah saat istirahat. Rasa penasaran tetap saja meliputi sang putri. Maka diputuskanlah untuk mengintip Imam Syafi’i.
Perasaannya semakin gundah ketika menyaksikan Imam Syafi’i setelah selesai salat tidak terlihat berdzikir tapi segera membubarkan diri, lalu membaringkan diri. Tidak ada dzikirnya sama sekali. Imam macam apa ini ? Kok bisa-bisanya ayahanda begitu mengagumi orang ini.
Tak Tampak Sibuk Berzikir
Sepanjang malam ia intip Imam Syafi’i. Aneh sekali, sebentar-sebentar tamunya ini terbangun dari tidur kemudian menuliskan sesuatu di buku. Setelah itu kembali merebahkan diri. Tak lama kemudian terbangun lagi dan menulis lagi. Demikian seterusnya hingga tidak terhitung lagi berapa kali banyaknya sang tamu melakukannya.
Pagi harinya, tamunya bertemu Imam Malik. “Saudaraku, bagaimana tidurmu semalam? ” tanya Imam Malik.
“Alhamdulillah, semalam tidur saya sangat nyenyak, ” jawab Imam Syafi’i sangat santun.
Nyenyak Tidur
Hampir saja sang putri menjerit bahwa Imam Syafi’i berbohong. Tidurnya seperti orang takut kemalingan. Sedikit-sedikit bangun, sedikit-sedikit bangun. Sama sekali tidak kelihatan tenang. Namun jawaban berikutnya membuatnya bungkam.
“Dan alhamdulillah dalam semalam saya sempat menuliskan 100 permasalahan umat beserta jawabannya,” lanjut Imam Syafi’i, diiringi ucapan hamdalah dari gurunya itu.
Serasa petir menyambar sang putri. Luruh sudah perasaannya. Dia sudah suudzon kepada Imam Syafi’i. Ternyata inilah yang membuat semua orang mengagumi beliau, termasuk Imam Malik sekalipun beliau adalah Guru dari Imam Syafi’i.
Demikian catatan disampaikan Ning Shuniyya Ruhama, Pengajar Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al Istiqomah Weleri Kendal, Jawa Tengah.
Imam Mazhab Keturunan Rasulullah
Imam Syafi'i (150-204 Hijriyah) nama aslinya Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i . Namun, kita biasa memanggilnya Imam Syafi'i . Beliau mendapat julukan Nashih Al-Hadits (pembela Sunnah Nabi). Riwayat hidupnya dikaji Syeikh Ahmad Al-Misri (Dai asal Mesir).
Berguru kepada Imam Malik di Madinah
Saat berusia 13 tahun, beliau dikirim Ibunya ke Madinah untuk belajar kepada ulama besar saat itu, Imam Malik bin Anas. Imam Syafi'i meminta rekomendasi dari Wali Kota Makkah. Akhirnya dikasih dua surat, satu dari Wali Kota Mekkah kepada Wali Kota Madinah, satu lagi dari Wali Kota Madinah kepada Imam Malik bin Anas.
Sebelum datang ke Imam Malik bin Anas , beliau membawa dua surat rekomendasi yang berisi "Tolong bantu anak muda ini untuk belajar kepada Imam Malik bin Anas". Kata Wali Kota Madinah, "Bilang kamu minta saya dari Madinah ke Mekkah jalan kaki tanpa alas saya sanggup, tapi kalau harus berdiri di depan pintu Imam Malik bin Anas saya tidak sanggup."
Imam Malik bin Anas mengatakan bahwa Ilmu itu didatangi, bukan mendatangi. Akhirnya Imam Syafi'i bangga membawa dua surat rekomendasi itu. Apalagi Madinah sangat menghormati Imam Malik bin Anas.
Kata Wali Kota Madinah, "Ya sudah besok setelah Ashar kamu datang ke tempat Imam Malik bin Anas ." Ia tidak datang sendiri, melainkan bersama rombongan. Bayangkan penguasa datang kepada Ulama.
Semoga kita dan seluruh keluarga kita mampu meniru teladan baik dari : Rasulullah, para sahabat Rasulullah, para alim ulama. Amin!
Advertisement