Tak Bermasker, Ini Keseruan Lomba Agustusan di Jombang saat Covid
Sore itu matahari cukup terik. Dari jarak 150 meter terdengar suara riuh speaker lagu dangdut versi remix serta suara pembawa acara. Sengatan sinar mentari tak menjadi penghalang bagi warga dan peserta lomba Agustusan di Dusun Laban, Desa Bendet, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Lomba untuk memperingati kemerdekaan RI yang jadi tradisi warga kampung ini.
Tampak sekitar 60 orang menikmati tontonan perayaan hari kemerdekaan Indonesia itu. Selain menonton, mereka juga berpartisipasi aktif dalam mengikuti lomba. Mulai dari yang masih kecil hingga dewasa. Laki-laki dan perempuan. Ada yang duduk jongkok di selokan, duduk di atas kursi plastik yang disediakan panitia, hingga duduk lesehan di teras rumah penduduk. Sebagian besar dari warga dan peserta tidak bermasker.
Sementara, berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, kali ini lomba dirayakan di tengah pandemi. Lomba yang diinisiasi 15 pemuda setempat persiapannya terbilang mepet. Yakni 24 jam sebelum acara digelar.
“Ini persiapannya H-1. Kami mengumpulkan 15 pemuda setelah pengajian pada malam tujuh belasan. Kami lantas bertukar pikiran untuk merancang lomba apa saja yang dipilih. Kami mempertimbangkan keamanan dan resikonya,” kata Ainur Rofiq, salah satu panitia lomba kepada Ngopibareng.id pada Senin, 17 Agustus 2020.
Rofiq menyebut, setelah diskusi panjang terpilih 15 jenis lomba yang dipertandingkan. Empat di antara nya bola terong, tangkap ikan lele, nyunggi tampah, dan makan kerupuk. Lomba ini dibagi menjadi dua kategori, anak kecil dan dewasa. Selain itu, lomba dipisahkan antara laki-laki dan perempuan.
Untuk menggelar lomba, Rofiq mendapat suntikan dana dari donatur dan warga. Tahun ini dana yang terkumpul Rp 400.000. Dana ini dialokasikan untuk membeli peralatan lomba serta hadiah untuk para pemenang.
Sudah Kantongi Izin
Lomba digelar sejak pukul 09.00 hingga 20.00 WIB. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang dirayakan dua hari, kali ini lomba dipersingkat. Di sisi lain, kendati terdapat imbauan untuk tidak menggelar lomba dari Bupati setempat, Rofiq mengaku sudah mendapat izin dari RT dan RW. Rofiq pun sudah meminta izin kepada Kepala Desa namun tidak ada jawaban. Rofiq sendiri siap jika perhelatan lomba dibubarkan jika ada patroli.
“Dari bupati ada imbauan memang, tapi ini sudah tradisi lomba Agustusan sudah sepuluh tahun lebih. Kami sudah mengimbau agar warga memakai masker dan mentaati protokol. Izin dari RT dan RW sudah, dari lurah tidak ada tanggapan. tapi kalau nantinya kami dibubarkan kami siap,” ujar Rofiq.
Ikut Lomba agar Anak Tidak Fokus Gadget
Asih, salah satu peserta lomba mengaku mengikuti lomba untuk memeriahkan kemerdekaan. Asih tidak takut tertular covid lantaran peserta lomba tidak berasal dari luar kampungnya. Asih bahkan mendukung anaknya yang berusia 13 tahun untuk turut memeriahkan lomba.
“Saya ingin memeriahkan kemerdekaan, saya sudah dapat izin dari suami. Anak saya juga saya perbolehkan agar bersosialiasi dan tidak melulu bermain ponsel. Ini pesertanya kan warga sini sendiri jadi nggak usah takut,” ceritanya.
Senada dengan Asih, peserta yang lain Uswatun Khasanah menyatakan hal serupa. Uswatun mengizinkan anaknya mengikuti lomba agar tidak bosan akibat pembelajaran online.
“Saya tadi ikut lomba tampah, saya juga izinkan anak ikut lomba. Nggak papa untuk memeriahkan. Ini pesertanya nggak ada yang dari luar kampung. Anak saya juga bair nggak bosen habis belajar daring,” tegasnya.
Terakhir, lomba Agustusan ini menarik perhatian Nawal Mubarok. Nawal yang berusia 10 tahun sangat berantusias mengikuti lomba karena ingin mendapat hadiah.
“Saya senang ikut lomba karena dapat uang Rp 2.000. Lomba yang paling saya sukai nangkap lele, bisa bermain air dan basah. Selain itu tadi sudah ikut lomba balap karung dan makan kerupuk,” tutupnya.