Tak Baca Shalawat, Khotbah Jumat Menteri Agama Jadi Sorotan
Ini momen bersejarah bagi Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi. Untuk kali pertama, setelah dilantik menjadi menteri dalam Kabinet Indonesia Maju, ia tampil menjadi khatib Shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Sayangnya, khotbah yang dilaksanakan pada Jumat, 1 November 2019, ini berbuntut masalah. Ia mendapat sorotan dari publik, melalui media sosial, karena tidak membaca Shalawat dalam awal khutbah. Padahal, di antara rukun Khotbah Jumat adalah termasuk membaca Shalawat Nabi.
"Lagi rame bahas Menag jadi Khatib Shalat Jumat di Istiqlal... Di khotbah pertama tidak ada Shalawat," kata Ustad H Zaini Ilyas, pengurus LP Maarif NU Jawa Timur, dalam komentarnya, Sabtu 2 November 2019.
"...dan dampaknya fatal banget, bisa akibatkan shalat Jumat tidak sah, karena khutbah adalah rukun Jumat & wasiat takwa termasuk rukun khutbah, jika rukunnya hilang, maka bangunannya juga hilang," tuturnya.
"Di samping bacaan ayat Al-Qurannya ghair mujawwad (tidak sesuai kaidah tajwid, Red), juga ada rukun yang tidak dilakukan."
Dalam khotbah kedua, pada menit 20, rukun khotbahnya kurang, yang bisa berakibat ketidakabsahan.
Dijelaskan, Rukun Khotbah Jumat:
1) Rukun khotbah yang pertama yaitu memuji Allah di kedua khotbah;
2) Rukun yang kedua adalah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad di kedua khotbah;
3) Rukun khotbah Jumat yang ketiga yaitu berwasiat kepada ketakwaan di khutbah kedua; dan
4) Rukun yang keempat yaitu membaca ayat suci Al-Quran pada salah satu, di antara dua khotbah.
Dalam khotbahnya, Menag Fachrul Razi mengajak segenap umat Muslim untuk senantiasa menjaga semangat toleransi dan menjadikan perbedaan untuk saling mengenal satu dengan lainnya.
Menag juga mengajak umat untuk merawat persatuan dan kesatuan serta meningkatkan iman dan takwa, agar lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dijelaskan Menag, Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda. Hal ini tertuang dalam Surat Al-Hujarat Ayat 13.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,” kata Menag mengutip terjemahan ayat Al-Quran itu.
“Allah menciptakan manusia itu berbeda-beda agar saling mengenal. Kalau Allah menciptan umatnya hanya satu maka yang terjadi adalah perselisihan. Allah menciptakan perbedaan itu agar bisa saling belajar antara satu dengan yang lainnya,” kata Menag.
Dalam hal menjaga persatuan dan kesatuan, Menag menguraikan Surat Ali Imran Ayat 103 yang artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
“Allah menyatakan, kita harus bersatu dan jangan saling bercerai berai. Bersatu, jangan berpecah belah. Di sinilah letaknya ibadah, pelajaran toleransi, kasih sayang, rahmat, silaturahim dan lainnya,” sambung Menag.
Menurutnya, toleransi tidak akan mengurangi iman takwa manusia kepada Allah.
“Bagimu agamamu bagiku agamaku. Semoga kita menjadi orang yang saling mengenali perbedaan di antara kita agar kita menjadi satu. Terima kasih juga kepada ormas keagamaan di Indonesia atas tampilan kedamaiannya,” tandasnya.
Advertisement