Tak Ada Tahu dan Tempe, Penghasilan Penjual Gorengan Menurun
Sejak tiga hari lalu para pengerajin tahu dan tempe se-Indonesia melakukan mogok produksi menyusul mahalnya harga kedelai impor. Tentu saja, hal ini berimbas pada pedagang gorengan yang biasa menjual olahan gorengan tahu dan tempe.
Seperti yang diungkapkan pedagang gorengan di daerah Ploso Surabaya, Wahyu, bahwa sejak tidak menemukan tahu dan tempe di pasar, ia juga tak membuat olahan gorengan dari tahu dan tempe.
"Tahu tempe kosong, tidak ada yang jual, padahal banyak yang cari tempe goreng. Tapi bahan bakunya tidak ada, mau bagaimana lagi," kata Wahyu, Senin, 4 Januari 2021.
Wahyu mengatakan, sebelum tempe langka, harganya juga melambung tinggi. Per biji di pasaran dijual seharga Rp 9.000, biasanya cuma Rp 7.000.
"Gak nutut sama produksi, ya terpaksa mending gak jualan," imbuhnya.
Sama halnya dengan Wendi, pedagang gorengan di Jalan Ambengan, Surabaya. Menurutnya, menghilangnya tahu dan tempe dari peredaran berimbas pada penghasilannya.
"Karena tahu dan tempe ini yang paling dicari, pas lihat, terus gak ada gorengannya ya gak jadi beli. Padahal kan enak kalau dimakan panas-panas pas habis hujan gini," ceritanya.
Salah satu penikmat gorengan, Esti Hermawan mengungkapkan, dirinya sedikit kecewa saat membeli gorengan karena tak ada tempe dan tahu.
"Baru tau kalau langka, sudah keliling ke beberapa penjual gak ada yang jual. Padahal kalau beli gorengan selalu pilih tempe goreng dan tahu isi," ungkap perempuan 23 tahun ini dengan nada kecewa.
Advertisement