Tak Ada Listrik, Sekolah Pasang Tiang Listrik Sendiri
Potret buram soal sarana dan prasarana di dunia pendidikan terutama sekolah di Indonesia masih banyak dijumpai. Salah satunya, di SDN Primpen, Kecamatan Bluluk Lamongan. Sekolah ini hingga kini belum bisa dialiri oleh listrik.
Aliran listrik yang menghidupkan sarana dan prasarana di sekolah tersebut sulit diperoleh. Pasalnya SDN Primpen ini terletak agak jauh dari desanya.
"Anak-anak hanya bisa sekolah pada siang hari, dan mereka tidak bisa melanjutkan pembelajaran apabila cuaca mendung gelap," kata Kepala Sekolah SDN Primpen, Pitono
Sambungan listrik ke lembaga menjadi tanggung jawab sekolah. Namun di sisi lain, muridnya juga sedikit. Karena letaknya yang ditengah hutan. Rata-rata para murid lebih memilih sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang letaknya di dalam perkampungan desa Primpen.
"Persoalannya juga karena muridnya sedikit, anggarannya juga minim untuk ada listrik. Para guru kesulitan jika diperlukan menggunakan laptop untuk proses pembelajaran," ungkapnya.
Maka dari itu, untuk mendapatkan pasokan listrik di sekolah, pihak sekolah rencananya akan memasang tiang listrik sendiri jika pemerintah tidak turun tangan. Selain tidak ada aliran listrik pada siang hari di wilayah itu, sekolah ini berada di tengah hutan yang dikelilingi oleh hutan kayu jati, yang memang belum dilengkapi dengan aliran listrik.
"Ke depan kalau tetap seperti ini, kami akan pasang sendiri, kami sudah sepakat menjual aset kayu jati. Dananya nanti untuk membuat tiang listrik. Untuk meterannya sudah pasang sendiri, tapi dititipkan di salah satu rumah warga," ungkap Pitono.
Menurutnya, sejak SDN ini berdiri pada 1978, pihak sekolah sudah lebih dari sekali mengajukan pemasangan listrik. Namun PLN setempat beralasan lokasi SDN di tengah hutan, tidak bisa memasang karena akses dan tidak ada jaringan di sekolah tersebut. Jika dipasang, anggarannya sangat besar karena akan dibutuhkan banyak tiang listrik untuk mengaliri listrik di sekolah tersebut.
Sementara itu, Kepala Desa Primpen, Prapto sudah mencoba komunikasi antara pihak desa dan pihak sekolah. Tetapi dia tidak bisa memutuskan sepihak, selain melihat anggaran, Prapto mengaku masih berkomunikasi dengan perangkat desa untuk mencarikan solusi, apalagi lokasi SD tersebut letaknya jauh dari desa.
"SDN Primben ini kan letaknya jauh dari desa, di tengah hutan, jadi aksesnya sulit untuk dialiri listrik. Kami rencananya akan ada pembahasan dan bertemu dengan pihak sekolah," ucapnya.
Sementara itu, Adi Suwito, selaku Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, mengaku sudah melakukan pengecekan di lokasi sekolah yang belum dialiri listrik tersebut, dan akan segera ditangani.
Menurutnya masalah tersebut bukan kesalahan satu pihak, namun menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintahan desa, lembaga sekolah, PLN, dinas pendidikan, dan juga masyarakat. Pemerintah mengaku sudah turun tangan.
"Masalah ini sebenarnya bukan baru ya, tapi sudah lama jadi perhatian kami. Iya intinya akan segera dipasang tiangnya agar bisa dialiri listrik," tuturnya.
Dia menambahkan, bahwa idealnya semua sekolah harus sudah terfasilitasi oleh listrik. Karena hal itu untuk menunjangkan pembelajaran serta memberi rasa nyaman siswa dan guru dalam belajar.
"Dari total 638 SD di Lamongan, hanya satu lembaga ini (SDN Primpen) yang belum, dan sudah kami tangani, mudah-mudahan segera bisa teraliri listrik," pungkasnya.