Tak Ada Kawan atawa Lawan Abadi, Humor Politik pun Menggelikan
Menjelang Pemilu, Tokoh Humor kita mengajak tepekur. Kontemplasi. Merenung akan fakta-fakta dalam jahat politik yang disaksikan.
Amrin Pemboros, Tokoh Humor kita, tak hendak mengajak tegang berpikir. Tapi justru memberikan pandangan agar rakyat biasa menyikapi politik dengan biasa-biasa saja.
Sebuah renungan pada pilpres 2019:
Untuk pilpres pada hari Rabu, 14 Februari 2024, perlu diingat:
Prabowo 2 kali merupakan lawan politiknya Jokowi dalam pilpres, sekarang cawapresnya Prabowo adalah anak sulungnya Jokowi.
Mahfud pernah masuk jadi tim pemenangan presiden Prabowo, sekarang jadi cawapresnya Ganjar dengan lawan politik Prabowo.
Anies pernah satu kubu dengan Jokowi, dan pernah juga satu kubu dengan Prabowo, sekarang jadi lawan politik dari keduanya.
Sandiaga Uno di pilpres terakhir menjadi cawapresnya Prabowo dan lawan politiknya adalah Jokowi yang didukung kubu PDIP. Sekarang Sandiaga Uno memihak kubu PDIP yang lawan politiknya adalah Prabowo plus putra sulung Jokowi.
Pesan Moral:
Dalam politik tak ada Kawan dan Lawan abadi.
Yg abadi adalah Kepentingan.
EVERYTHING IS JUST A GAME.
Karena itu enjoy aja.
Tak perlu memusuhi kawan dan kerabatmu yg berbeda pilihan Capresnya.
Para elit politik itu bisa gonta-ganti pasangan politik, mereka yang tadinya musuh bisa jadi kawan atau sebaliknya.
Sementara kalian sudah terlanjur memutus persahabatan bahkan persaudaraan demi junjungan politisi kalian yg besok sehabis Pilpres sudah kongkow-kongkow bareng di balik panggung.
Mereka mendapat kekuasaan, kalian kehilangan persahabatan.
Ingatlah, kalau hidupmu susah, yang menolongmu itu bukan para elit politik di atas sana, tapi kawanmu, tetanggamu, dan saudaramu.
Semoga bermanfaat.
Jadii...
Sebaiknya kita warga negara biasa.. hayo.. biasa-biasa saja. Santai saja... tetap jalin persahabatan dan persaudaraan dgn tetangga.. kawan. Sahabat apalagi saudara kita.
Pilihan boleh beda, tapi jangan korbankan persahabatan dan persaudaraan kita.
Begitulah, sekadar lelucon yang disampaikan Tokoh Humor kita.
Derajat Orang Beriman dan Berilmu
Setelah menonton Dirty Vote, seseorang hanya bisa menyimpulkan, bahwa kekuatan intelektual punya resonansi yang kuat untuk memecah kebekuan yang menyandra publik politik di Indonesia.
Ia mencoba untuk merenungi Firman Allah dalam Al-Qur'an :
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِ ذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَا نْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah : 11).
Orang beriman diberi kedudukan mulia tetapi orang berilmu memiliki privilese di antara orang beriman. Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar dan Feri Amsari, mungkin tiga cendekiawan yang memperoleh derajat itu.
Demikian, wallahu a'lam.
Advertisement