Tahun Ini Pasar Seni Lukis Indonesia Ditiadakan
Semestinya, PSLI XII berlangsung 11 sd 20 Oktober di JX International Jl. Ahmad Yani no. 99 Surabaya. Ajang yang diikuti sekitar 200 pelukis dari seluruh Indonesia ini sudah setiap tahun digelar di gedung milik Pemprov Jatim itu, karena memang PSLI diselenggarakan untuk memeriahkan HUT Provinsi Jawa Timur.
M. Anis, Ketua Sanggar Merah Putih sebagai penyelenggara mengatakan, hari Selasa kemarin dirinya sudah menyampaikan surat pembatalan PSLI itu kepada Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa, di Gedung Grahadi.
“Dalam surat itu saya sampaikan permohonan maaf karena kami terpaksa membatalkan PSLI tahun ini, disebabkan tidak profesionalnya dan sewenang-wenangnya pihak pengelola gedung JX International, yaitu PT Gedung Expo Wira Jatim sebagai anak perusahaan BUMD PT PWU (Panca Wira Usaha),” kata M. Anis.
Anis kemudian membeberkan kronologi ketidak profesionalan pengelola gedung JX International.
”Bulan Juni kami menerima surat konfirmasi dari PT Gedung Expo yang menyebut bahwa PSLI berlangsung sesuai rencana yaitu 11 sampai 20 Oktober 2019. Tanggal itu memang sesuai dengan booking gedung yang kami lakukan bulan Oktober tahun lalu. Dalam surat tersebut juga dicantumkan besarnya biaya sewa gedung selama 10 hari yaitu Rp330 juta, termasuk PPN 10 persen,” ceritanya.
Tetapi pada tanggal 6 Agustus, salah seorang staf PT Gedung Expo mengirim pesan melalui Whatsap, memberitahu kalau PSLI diundurkan menjadi tanggal 18 s/d 24 Oktober 2019 karena berkaitan pameran properti dan pameran buku Big Bad Wolf (BBW).
“Hari itu juga, pengelola gedung mengirim surat kedua yang isinya secara sepihak menggeser jadwal pelaksanaan yang sudah disepakati bersama menjadi tanggal 18 s/d 24 Oktober, mengurangi hari pelaksanaan dari 10 hari menjadi 7 hari, dan dengan sewenang-wenang pula menaikkan uang sewa dari Rp330 Juta termasuk PPN 10 persen menjadi Rp770 juta belum termasuk PPN. Kesewenang-wenangan inilah yang akhirnya membuat kami mengambil keputusan untuk membatalkan pelaksanaan PSLI tahun ini,” kata Cak Anis, panggilan akrabnya.
“Untuk mempersiapkan PSLI tahun ini, sebenarnya kami telah bekerja sejak bulan Januari lalu. Para peserta mendaftar sejak 1 Mei 2019, dan saat ini sebanyak 140 booth atau stand yang kami sediakan sudah habis dibooking teman-teman pelukis. Demikian juga beberapa mitra kerja sudah berkomitmen untuk mendukung PSLI 2019. Tetapi para pelukis dan mitra kerja itu berkomitmen untuk PSLI yang berlangsung tanggal 11 sampai 20 Oktober, seusai waktu pelaksanaan yang kami rencanakan sejak awal. Bukan untuk waktu yang lain,” kata Anis, yang juga pemimpin redaksi portal Ngopibareng.id.
”Dengan pembatalan ini, selain kepada Gubernur Jatim, kami tentu juga minta maaf sebesar-besarnya kepada para pelukis yang telah mendaftar, juga kepada para mitra kerja yang telah berkomitmen. Dengan terpaksa hal ini kami lakukan karena kami tidak mampu menghadapi kesewenangan pihak pengelola gedung,” katanya.
PSLI adalah even reguler tiap tahun yang diikuti oleh sekitar 200 pelukis dari seluruh Indonesia, dan sudah menjadi agenda para seniman tiap tahun. Tahun lalu, 2018, oleh Kementerian Pariwisata RI, even ini dimasukkan ke dalam 100 Event Nasional, Wonderful Indonesia. PSLI sudah menjadi ikon even kesenian di Jawa Timur.
“Berdasarkan sejarah, sebelumnya PSLI berlangsung di gedung dan pelataran Balai Pemuda, Jl. Gubernur Suryo, Surabaya. Oleh Pemprov Jatim even ini diminta untuk dipindahkan ke gedung JX International, karena ketika itu gedung ini belum tersosialisasi dengan baik ke masyarakat, dan sepi pengguna. Karena itulah sejak 2013, pelaksanaan PSLI kami pindahkan ke JX International yang tidak lain milik Pemprov Jatim.”
Sejak pertama kali diselenggarakan, visi PSLI adalah membantu dan memfasilitasi para pelukis untuk bertemu dengan kolektor, galeri serta masyarakat pecinta seni. Selain itu, PSLI juga menjadi ajang bagi para pelukis untuk memperluas jaringan yang selama ini tidak mudah mereka lakukan. PSLI adalah ajang silaturahmi antar pelukis dan seniman, dan PSLI juga menjadi ajang edukasi bagi para siswa-siswi karena banyak sekolah di Surabaya dan Sidoarjo yang memberi penugasan kepada para siswanya untuk mengunjungi dan membuat laporan tentang PSLI.
Sebagai aset milik pemerintah daerah, seharusnya sarana ini tidak semata-mata dikelola untuk mengejar pemasukan, tetapi juga dapat dimanfaatkan masyarakat antara lain untuk berekspresi dan berapresiasi seni serta mengedukasi, dengan tetap dikelola secara profesional dan beretika.