Tahun Baru Tak Bahagia, Ini Nasib Muslim Xinjiang China
Pada Agustus lalu, Badan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis data kalau sekitar sejuta etnik Muslim Uighur ditempatkan di sebuah ‘kamp interniran’ di Xinjiang. Mereka dipaksa menjalani ‘pendidikan politik.’
Pernyataan tersebut seolah mendapat penguatan dari sebuah organisasi hak asasi manusia yang bermarkas di New York Amerika Serikat, Human Right Watch. Dikutip ngopbareng.id dari Reuters, Selasa 11 September, Human Right Watch melaporkan, sebagian besar minoritas Muslim Uighur di Xinjiang China mengalami penahanan sewenang-wenang.
Mereka juga menghadapi pembatasan harian terhadap praktik keagamaan dan ‘indoktrinasi politik paksa.’
"Human Right Watch melaporkan, sebagian besar minoritas Muslim Uighur di Xinjiang China mengalami penahanan sewenang-wenang."
Pihak China menolak tuduhan itu. Mereka berdalih, kamp tersebut dimaksudkan sebagai tempat ‘pendidikan politik’ dan pusat pelatihan kejuruan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Lebih dari itu, pihak China menuduh kalau Xinjiang sedang menghadapi ancaman serius dari kelompok Islam militan dan separatis. China juga mengklaim kalau kelompok tersebut tengah merencanakan serangan dan membangkitkan ketegangan antara orang-orang Uighur.
Menurut Human Right Watch, di ‘kamp-kamp tahanan itu,’ Muslim Uighur dan lainnya dilarang mengucapkan salam. Mereka harus mempelajari bahasa Mandarin dan menyanyikan lagu-lagu propaganda.
Jika menolak instruksi yang ditetapkan pihak berwenang, mereka akan dihukum seperti tidak mendapatkan makanan, berdiri selama 24 jam, atau ditempatkan di ruang isolasi.
Human Right Watch menyebut kalau Muslim di Xinjiang itu telah lama ditargetkan pihak berwenang tanpa prosedur formal. (adi)
Advertisement