Tahun Ajaran Baru PTM Penuh, Guru Diimbau Kenali Kemampuan Siswa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong satuan pendidikan melaksanakan pembelajaran tatap muka 100 persen untuk mengejar ketertinggalan siswa selama masa pandemi COVID-19.
Direktur Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Muhammad Hasbi, mengimbau para guru untuk mengenali kemampuan setiap siswa melalui assessment diagnostik. Sebab selama masa pandemi Covid-19, peserta didik belajar berbeda-beda sehingga level kemampuannya beragam.
”Guru perlu melakukan assessment diagnostik kepada semua peserta didik. Jadi, saat PTM, guru bisa menerapkan pembelajaran berbasis kemampuan murid,” disampaikan Hasbi dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar, dengan topik “Pulihkan Pendidikan Melalui Pembelajaran Tatap Muka”, dikutip Sabtu 16 Juli 2022.
Assessment diagnostik merupakan peninjauan yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan siswa, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa. Penerapan assessment diagnostik ini, kata Hasbi, telah sejalan dengan upaya Kemendikburistek dengan memperkenalkan sebuah kurikulum yang disebut Kurikulum Merdeka.
“Kurikulum Merdeka ini memiliki sejarah yang panjang di mana pada awal pandemi, Kemendikbudristek melakukan penyesuaian terhadap Kurikulum 2013 yang kemudian melahirkan Kurikulum Darurat,” terangnya.
Ia menuturkan, pandemi COVID-19 membatasi aktivitas manusia sehingga berdampak terhadap banyak bidang, termasuk pendidikan. Hal ini menyebabkan learning loss atau kehilangan pembelajaran sehingga memicu menurunnya capaian belajar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Kemendikbudristek, Kurikulum Darurat ini mampu mengatasi kehilangan pembelajaran yang terjadi di satuan pendidikan. "PTM masih menjadi yang paling efektif dibandingkan dengan sistem lain, misalnya Pembelajaran Jarak Jauh. Ini adalah strategi utama kami untuk membawa kembali siswa ke sekolah,” ucap Hasbi.
Ngopibareng.id merekam keceriaan anak didik di beberapa sekolah dalam menyambut tahun ajaran baru. Mereka rata-rata menyambut gembira dengan diizinkannya pembelajaran tatap muka 100 persen. Mereka bisa berinteraksi langsung dengan guru dan teman-temannya, setelah dipisahkan oleh pandemi COVID-19 lewat proses belajar mengajar secara daring atau jarak jauh.
Sementara bagi anak didik yang baru masuk sekolah TK dan SD terlihat masih canggung memasuki suasana baru. Bahkan ada yang menangis minta ditunggui orang tuanya. Ini membutuhkan kepiawaian bagi para guru untuk membantu agar mau masuk ruang kelas tanpa didamping orang tuanya.
Tapi bagi siswa yang terbiasa mandiri, tidak masalah bagi dirinya. "Saya diajari belajar mandiri sejak kecil, tidak boleh cengeng. Senang belajar bareng teman teman," kata Kenes Kawuryan Astagina, siswi kelas satu SD Al Azhar Kemandoran, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Advertisement