Tahun 2022, Pakar Sebut Peluang Bisnis Konstruksi Menjanjikan
Peluang bisnis konstruksi tahun 2022 diperkirakan lebih menjanjikan daripada tahun ini 2021, meski tumbuh sekitar 5,4 persen. Pada tahun 2020 hanya 2, 3 persen. Tahun 2022 diperkirakan tumbuh hingga 7,8 persen untuk sektor konstruksi.
Berdasarkan analisa yang dibuat pengamat dan pakar senior konstruksi real-estate & properti, Gatut Prasetiyo, sebagai pemrakarsa webinar Nasional, Sabtu, 4 Des 2022, rata-rata pendapatan pengusaha kontraktor di Indonesia bisa mencapai Rp 17.9 Milyar pada tahun 2022.
Tahun-tahun sebelumnya rata-rata pendapatan tahunan di bawah Rp10 miliar atau hanya sekitar Rp7,4 miliar. Artinya, pada tahun 2022 ada kenaikan rata-rata cukup tinggi atau sekitar 250 persen.
"Angka-angka tersebut diperoleh dari nilai proyek pemerintah (infrastruktur dll) swasta (perumahan dll) dan BKPM pengembangan investasi (pabrik dll) serta Ibu Kota Negara yang baru," katanya dalam rilis yang diterima ngopibareng.id, Sabtu, 4 Desember 2021.
Kata Gatut, proyek pemerintah dengan dana dari APBN sekitar Rp420 triliun. APBD provinsi sebesar Rp79.8 triliun dan APBD Kabupaten/Kota sekitar Rp112 triliun, sehingga total ada Rp611,8 triliun.
"Kemudian dari sektor swasta yaitu real estat & properti dengan pembangunan rumah sederhana sampai mewah (sekitar 460.000 unit), dan prasarana serta konstruksinya bernilai sekitar Rp270 triliun. Perkiraan dari BKPM (Rp14.6 triliun) dan IKN (Rp0,5 triliun). Sehingga, total nilai konstruksi pada tahun 2022 adalah Rp896,9 triliun," katanya dalam Webinar Construction Outlook 2022 yang diselenggarakan oleh Kosigatra Jatim.
Sementara itu, jumlah badan usaha konstruksi merosot terus. Sejak 2019, ada sekitar 139.000 badan usaha. Tahun 2021 turun menjadi 128.000-an, dan pada tahun 2021 merosot tajam 17.724 badan usaha yang terdaftar di LPJK (per Sept 2021).
Hal ini karena sejak akhir Desember 2020, LPJK ditarik ke pusat oleh PUPR, sehingga pelayanan perizinan badan usaha stagnan atau tidak optimal. Sampai akhir tahun 2021 diperkirakan tidak akan lebih 30.000 badan usaha yang memperoleh sertifikasi.
"Sekitar 90.000 badan usaha konstruksi "kelimpungan" tidak diketahui nasibnya. Ini artinya sama dengan jumlah kontraktor merosot tajam tinggal 35 persen dari tahun 2020," kata pria yang pernah menjabat pengurus REI Jatim selama 15 tahun.
Ketua REI Jatim yang juga Ketua Gapeksindo selama 10 tahun ini memperkirakan, badan usaha yang mendapat sertifikasi pada tahun 2022 sekitar 50.000 perusahaan.
"Belum mampu menembus di atas 100.000 perusahaan yang bersertifikat, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Meskipun menggunakan cara pendaftaran dengan digitalisasi (online), agar bisa memangkas jarak dan waktu, ternyata biaya lebih mahal, dan sistem online belum sempurna, serta peraturan semakin ketat," katanya.
Kata Gatut, untuk mendapatkan sertifikasi harus melalui PT LSBU, dan masih harus menjadi anggota asosiasi. Ini, jelas pembiayaan ganda bagi badan usaha yang bergerak dalam bidang konstruksi.
"Jadi, dari data angka-angka yang cukup realistis tersebut, nilai konstruksi hampir Rp897 triliun, lalu dihitung dibagi 50.000 badan usaha konstruksi rata-rata pendapatan perusahaan konstruksi bisa mencapai Rp17,9 miliar. Perusahaan konstruksi, terutama kelas menengah yang masih hidup akan berpeluang lebih baik," katanya.
Lanjut Gatut, agar perusahaan kecil konstruksi mendapat "kue" proyek secara proporsional, maka peran pemerintah dan PT LSBU (bertujuan komersial) sebagai penerbit sertifikat perusahaan konstruksi harus lebih mudah, cepat, dan murah dalam melayani.
Webinar Construction Outlook 2022 ini diselenggarakan oleh Kosigatra (Koperasi Gapeksindo Sejahtera) Jatim dalam rangka peringatan 10 tahun, yang lahir dari organisasi perusahaan Gapeksindo Jawa Timur.
Advertisement