Tahu Lontong Pantura, Sensasinya Luaaar Biasaaah......
Tahu lontong. Rasanya sudah cukup familiar bagi telinga dan lidah kita. Campuran tahu dan lontong diracik dengan bumbu kacang, tauge, ditaburi kecap dan krupuk sebagai pelengkap menu.
Kalau di daerah pantai Utara (Pantura) Lamongan, tepatnya di sepanjang pesisir Kecamatan Paciran-Brondong tahu lontongnya beda. Dan sensasinya juga tentu memantik selera untuk mencobanya.
Meski bumbu dan cara meraciknya tidak jauh berbeda dengan tahu lontong umumnya, tahu lontong Pantura memiliki kekhasan sendiri yaitu bumbu sambelnya yang satu mangkok penuh.
"Bumbu sambel tahu lontong pantura memang bek mencep (penuh). Rasanya juga pedes," kata penjual tahu lontong di Desa Labuhan Asliatin.
Tahu lontong khas Pantura ini penyajiannya memang dengan mangkok. Seperti mangkok soto. Lontongnya diiris kecil-kecil, ditaburi tauge dan bawang goreng. Lalu tahunya sendiri yang digoreng setengah matang diiris-iris dan dibiarkan wungkul di atas lontong. Kemudian, sambel dari cobek kemudian dituangkan diatas tahu lontong. Bek mencep memenuhi mangkok.
Dikatakan Asliatin banyaknya bumbu tahu lontong menjadikan tahu lontong lebih terasa segar, di lidah maupun dibadan penikmatnya.
"Sambelnya disrupat sruput rasanya seger," ujarnya Sambil tersenyum. Untuk semangkok tahu lontong, harganya Rp 8000. Cukup ramah di kantong.
Dalam sehari Asliatin melayani pembeli hingga puluhan mangkok tahu lontong. Pelanggannya mayoritas adalah nelayan. Dirinya juga sering melayani pesanan dari warga atau perangkat desa jika ada kegiatan di kantor desa.
Farton salah satu pelanggan mengaku hampir setiap sore menikmati tahu lontong Asliatin.
"Tahu lontong pantura memang khas. Sambelnya yang pedas disajikan semangkok penuh. Ini mungkin sesuai dengan selera nelayan yang tinggal di wilayah berhawa panas," papar Farton.
Biasanya nelayan menikmati tahu lontong Asliatin sore atau malam sehabis miyang atau pulang dari melaut.(tok)