Tahu Campur Kikil Lamongan Pak Sofyan di Kediri, Nyamleng!
Tahu campur Kikil Lamongan Pak Sofyan menjadi salah satu andalan kampung kuliner di Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Setiap hari hampir tak pernah sepi didatangi oleh pengunjung.
Tahu campur pak Sofyan buka setiap hari di rumahnya di Jalan Timur Makan Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota Kediri.
Beberapa waktu lalu Pak Sofyan meninggal dunia karena sakit. Usaha kuliner yang dirintisnya sejak tahun 1980, kemudian diteruskan oleh puteri semata wayangnya bernama Gita.
Gita, perempuan berusia 25 tahun ini menceritakan, tahu campur kikil pak Sofyan mulai buka pukul 08.00 WIB -19.30 WIB. Pembeli yang datang tidak hanya dari seputaran Kediri melainkan juga luar kota seperti Blitar, Tulungagung hingga Kertosono Ngajuk.
"Biasanya kalau kesini telepon dulu tanya jualan atau nggak. Mereka pastikan dulu, khawatir kalau datang jauh warungnya tutup kan kasihan juga mas," terangnya.
Diperkirakan setiap harinya tahu campur kikil laku terjual hingga 150 porsi. Perporsinya dijual dengan harga Rp 15.000.00. Bagi pembeli yang ingin mendapatkan lauk kikil porsi banyak bisa pesan lontong kikil x-tra kikil atau tahu campur kikil extra kikil. Harganya sedikit lebih mahal Rp 23.000 per porsi.
Guna memenuhi banyaknya permintaan pembeli, Gita mengaku setiap harinya menghabiskan 10 kilogram -15 kilogram kikil atau urat sapi. Untuk menghasilkan tekstur kikil yang lembut dan empuk proses memasak membutuhkan waktu cukup lama.
"Karena prosesnya tidak satu, dua, kali. Jika dikalkulasi paling lama 10 jam. Buat jualan besok prosesnya masak mulai hari ini. Dari kikil yang utuh dicuci dimasak, lalu dipotong potong dimasak lagi sampai empuk. Besoknya saat dibuat jualan baru dibumbui," jelasnya.
Saat dikonsumi kikil sapinya terasa kenyal dan empuk. Bumbu kuah dan petis bisa sinkron menyatu terasa enak di lidah perpaduan manis plus gurih. Yang tidak kalah penting enaknya toping bregedel dan tahu kuningnya terasa pas sebagai makanan pendamping, selain kerupuk.
"Bumbunya sama saja, petisnya kita gunakan merk udang padi yang kita beli di pasar. Kalau tahunya bisa habis 30-40 biji. Setiap harinya yang memasak dan menyiapkan bumbunya selalu dibantu ibu. Cuman kan selama ini orang menganggap yang memasak kan bapak," paparnya.
Dulu sebelum mangkal berjualan di rumah, pada tahun 1980-an Pak Sofyan yang asli Lamongan diajak merantau oleh saudaranya untuk berjualan tahu campur di Kediri. Waktu pertama kali Pak Sofyan memutuskan untuk berjualan keliling masuk dari kampung ke kampung.
Saat namanya kondang sudah dikenal pelanggan, karena masakan tahu campur kikilnya yang super enak. Sofyan dibantu oleh istrinya Musriah kemudian memutuskan untuk mangkal di beberapa tempat. Di antaranya jalan raya PK Bangsa depan Bank Jatim. Kemudian pindah mangkal di jalan raya depan Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Lalu pindah lagi ke Tebek Jalan Hayam Wuruk. Pindah Jalan Pati Unus hingga akhirnya memutuskan berjualan di rumahnya sendiri di Kelurahan Burengan.
"Dulu 3 tahun lalu sebelum berjualan di rumah, lingkungan Burengan sini sangat sepi mas kan lokasinya dekat makam. Memang pak Lurah Adi Sutrisno ini orangnya sangat kreatif sekali. Disini kemudian dibuat semacam kampung kuliner, hingga akhirnya situasi kampung menjadi ramai," pujinya.
Advertisement