Tahlilan 4.0, Kirim Pahala Doa untuk Para Almarhum
Di tengah darurat Covid-19 alias Pandemi Virus Corona, praktik Social Distancing dan Physical Distancing juga dilakukan kaum santri. Di tengah bekerja di rumah, aktivitas lain yang sifatnya berjamaah pun dilakukan di dalam rumah.
Namun, di era kecanggihan teknologi informasi, para santri dan kaum santri juga memraktekkan Tahlilan 4.0 (merujuk pada era Revolusi Informasi 4.0). Adakah hal itu dibenarkan dalam Islam?
Berikut catatan Ustadz Ma’ruf Khozin, Pengasuh Pesantren Aswaja Sukolilo Surabaya:
Ada undangan virtual di Medsos untuk Tahlilan bagi Dr. Aji Hermawan (almarhum), pengurus NU di Inggris dan menjadi Dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Saya coba masuk meskipun tidak diundang. Ternyata Subhanallah. Di dalam aplikasi Zoom ini ada 100 hadirin yang kebanyakan adalah akademisi, para profesor, doktor, minimal mahasiswa, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Cuma saya saja dari perwakilan Modin yang tidak berijazah yang hadir.
Sampaikah pahala Tahlilan melalui pertemuan di internet ini?
Kirim pahala bacaan Al-Qur'an menurut ulama kita adalah sedekah. Dan sedekah dari manapun tetap sampai pahalanya.
Berikut pemaparan ulama kita:
ﻗﺎﻝ اﻟﺸﻴﺦ اﻟﻤﺆﻟﻒ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ: ﺃﺻل ﻫﺬا اﻟﺒﺎﺏ اﻟﺼﺪﻗﺔ اﻟﺘﻲ ﻻ اﺧﺘﻼﻑ ﻓﻴﻬﺎ ﻓﻜﻤﺎ ﻳﺼﻞ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﺛﻮاﺑﻬﺎ، ﻓﻜﺬﻟﻚ ﺗﺼﻞ ﻗﺮاءﺓ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭاﻟﺪﻋﺎء ﻭاﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺇﺫ ﻛﻞ ﺫﻟﻚ ﺻﺪﻗﺔ ﻓﺈﻥ اﻟﺼﺪﻗﺔ ﻻ ﺗﺨﺘﺺ اﻟﻤﺎﻝ.
Syekh Al Qurthubi berkata bahwa dalil dasar masalah kirim pahala ini adalah sedekah yang tidak ada khilaf tentang sampainya pahala sedekah kepada mayit. Demikian pula sampah pahala bacaan Qur'an, doa dan istighfar. Sebab semuanya adalah sedekah
ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻓﺈﻥ ﻛﻞ ﺗﺴﺒﻴﺤﺔ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻛﻞ ﺗﻠﻬﻴﻠﺔ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻛﻞ ﺗﻜﺒﻴﺮﺓ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻛﻞ ﺗﺤﻤﻴﺪﺓ ﺻﺪﻗﺔ ...
Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil sedekah, setiap takbir adalah sedekap dan setiap tahmid adalah sedekah (HR Muslim)
Dari Kitab At-Tadzkirah279
Catatan Ngopibareng.id
Seperti diketahui, Dr Ir Aji Hermawan, MM, dosen Sekolah Bisnis yang juga Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB. Dr Aji meninggal di Rumah Sakit Hermina Bogor pada Rabu 25 Maret 2020 dini hari pukul 03.00 WIB.
Tentu Rektor IPB, Prof Dr Arif Satria pun merasa kehilangan dengan meninggalnya aji Hermawan.
Dr Ir Aji Hermawan dilahirkan di Batang, Jawa Tengah, 23 September 1968. Ia lulus sebagai Sarjana dari Jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIN), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB pada 1991, lulus Magister Manajemen Agribisnis IPB pada 1994. Tahun 2005 lulus dengan menyandang gelar Ph.D. (Doktor) di Management Manchester Business School, Inggris. Selama kuliah di Inggris ia ikut membesarkan organisasi keagamaan dengan menjadi Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) di Inggris.
Selama perjalanan karirnya, ia banyak berkiprah menjadi seorang pendidik/dosen, mulai di Fakultas Teknologi Pertanian kemudian pindah ke Sekolah Bisnis IPB. Dr Aji menjabat sebagai Kepala LPPM IPB sejak 2018 dan telah berperan besar dalam menjalankan tugas-tugas institusi dalam fungsi-fungsi koordinasi kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Dr Aji adalah sosok yang aktif mendorong dan menumbuhkembangkan inventor dan inovator serta meningkatkan kemampuan technopreneurship mahasiswa Indonesia melalui lembaga yang pernah dipercayakan untuk dipimpinnya yaitu Recognition and Mentoring Program IPB.
Advertisement