Tahlil Untuk Assakinah: Mengkafani Jiwa Pemimpin Surabaya
Kritik perlawanan terhadap pembongkaran masjid Assakinah di komplek Balai Pemuda terus berlanjut. Masyarakat, LSM, dan Mahasiswa sepakat mengecam tindak kesewenang-wenangan Pemerintah Kota Surabaya, dan Pimpinan DPRD Surabaya.
Selasa, 7 November 2017, malam. Sudah empat hari tahlil dan doa bersama mereka bacakan sebagai bentuk protes . "Malam ini temanya Mengkafani Jiwa Pemimpin Surabaya, Judul ini dipilih sebagai pengingat bahwa kita semua tentu akan mengalami kematian. Ketika jasad kita telah mati maka jasad kita akan dikafani. Nah kafan ini sebagai simbol membungkus kematian," ujar Isa Ansori, salah seorang peserta tahlil.
Forum, diawali dengan diskusi yang dibuka oleh salah seorang anggota Kemunitas Bambu Runcing Surabaya, Wawan. Ia mengajak masyarakat agar bisa kritis terhadap pertanyaan diluaran yang melemahkan perjuangan mempertahankan Masjid Assakinah.
"Pasti akan ada upaya upaya yang akan melemahkan perjuangan kita ini, mereka baik yang berasal dari kekuasaan maupun orang orang yang dekat dengan kekuasaan ,” kata Wawan.
Pernyataan Wawan ternyata dibenarkan oleh seorang masyarakat yang hadir, Frente Gonzales mengatakan apa disampaikan wawan benar adanya, bahkan dirinya sudah mengalami sendiri ketika berdialaog dengan anggota dewan.
Hal senada juga dikatakan Salman Alfiarisi salah seorang aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PKC Jawa Timur, menurutnya upaya pelemahan itu sudah ada semisal pernyataan masalahnya dimana dengan perobohan masjid ini, toh akan dibangun lebih besar dan lebih megah.
Ustadz Zainal membantu merumuskan jawaban. " Masjid dan musholla itu fungsinya hampir sama tetapi mempunyai filosofi yang berbeda. Masjid itu tempat ibadah sama seperti musholla, tetapi masjid dapat digunakan untuk sholat jumat, sedang musholla tidak bisa. Fungsi syiar masjid lebih terlihat dibanding musholla,” katanya.
Salman dan rekan mahasiswa lain mengapresiasi upaya ini. Bila hingga jangka waktu tertentu, tak juga ada kejelasan. Pihaknya bersama elemen masyarakat lain akan mengerahkan massa dalam jumlah besar untuk turun aksi menyuarakan tuntutannya ke Pemkot maupun DPRD Surabaya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan tahlil memohon keselamatan dan hidayah serta doa bagi para pemimpin kota agar peka mendengarkan keluhan rakyatnya. Acara ditutup dengan doa dan berakhir pada pukul 23. 15. (frd)