Tahanan Lapas Klas IIB Mojokerto Jadi Chef Ratusan Napi
Menjalani kehidupan di balik jeruji besi, tak menyurutkan niat sejumlah warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II-B Mojokerto, Jawa Timur, untuk selalu produktif selama bulan suci Ramadan.
Salah satunya salah seorang narapidana kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Lapas Klas IIB Mojokerto. Ia adalah Ariyanto. Pria 52 tahun ini merupakan warga Desa Kemasantangi, Kecamatan Gondang, Mojokerto.
Ariyanto mendekam dibalik jeruji besi sejak tahun 2019 lalu. Tak hanya bulan Ramadan saja, dia mengabdikan diri memasakkan makanan untuk ratusan narapidana lain setiap harinya selama menjalani vonis tahanan. Termasuk mengolah menu bersantap selama berbuka dan sahur di bulan Ramadan kali ini.
"Saya yang pengen masuk jadi (koki) di sini (dapur Lapas). Biar gak menyusahkan istri, jadi tidak perlu mengantar makanan setiap hari. Sebab saya sudah cukup kenyang di sini," ujar Ariyanto, Rabu 13 April 2022.
Bak chef yang sudah berpengalaman, dengan cekatan pria bertubuh kecil ini membersihkan sayurmayur dan mengolahnya menjadi sajian nikmat saat berbuka puasa maupun santap sahur sebanyak 975 narapidana lainnya.
"Bisa masaknya karena otodidak, dulu waktu merantau kan harus bisa masak sendiri. Alhamdulillah sekarang sudah bisa masak apa saja, kaya soto, menumis," ujarnya.
Ia menceritakan, selama Ramadan ini dia dibantu 13 narapidana lainnya mulai pukul 13.00 WIB, sudah mulai beraktivitas mempersiapkan bahan makanan dan mengolahnya. Barulah nanti pukul 15.00 WIB codong (istilah tempat makan di Lapas) dibagikan ke tiap-tiap sel untuk dinikmati saat berbuka puasa.
Dia pun tak merasa terbebani dengan kerjaan yang digelutinya sejak tahun 2019 lalu. "Senang sekali saya, bisa bagi-bagi tajil sama teman-teman, sama saudara-saudara napi yang ada di sini kan," ucapnya yang sudah tiga kali bertemu Ramadan ini di dalam jeruji besi.
Sedangkan, untuk mempersiapkan makanan sahur ratusan napi lain, ia memilih tidak tidur bersama narapidana lain yang bertugas memasak. Hingga tiba waktunya mempersiapkan olahan makanan pada pukul 23.00 WIB.
"Kalau malam kita gak tidur, cuman istirahat nonton TV, itu habis sholat tarawih dan mengaji dulu. Takut kebablasan, kasihan napi-napi yang lain, soalnya butuh dua jam an untuk masak. Kita baru tidur habis sholat subuh," ucapnya.
Tak menampik, ia merasakan penyesalan atas perbuatan kekerasan yang dilakukan terhadap istri tercintanya. Ariyanto pun berharap saat tiba masanya menghirup udara bebas nanti, bisa kembali berjualan telo di tempat tinggalnya di Kecamatan Gondang.
"Kapok saya, ini jalan saya untuk taubat. Gak mau masuk lagi, saya kalau sudah bebas mau jualan telo lagi," ucapnya binar.
Sementara, Kalapas Klas IIB Mojokerto Dedy Cahyadi mengapresiasi WBP-nya yang mencari kebaikan ibadah selama bulan Ramadan dengan cara memasak makanan untuk ratusan penghuni lain. Sebab, menurut Dedy banyak cara seseorang menuju pertobatan menjadi umat yang lebih baik.
"Kami tentu akan terus berupaya memberikan motivasi untuk WBP yang suka rela membantu dalam kegiatan rumah tangga Lapas. Utamanya di bulan suci Ramadan ini, agar mereka juga bisa beribadah dengan lancar dan khusuk," pungkas Dedy.