Tagana Masuk Sekolah, Mensos Dorong Jadi Gerakan Nasional
Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kegiatan Tagana Masuk Sekolah (TMS) diminati secara masif di berbagai sekolah di Indonesia.
"Tagana Masuk Sekolah siap menjadi gerakan nasional. Kami siapkan pedoman operasional, jaringan kerja sama dengan Kemendikbud dan BNPB, serta melibatkan organisasi kemanusian peduli bencana," kata Mensos di Jakarta, Minggu. 3 Februari 2019.
Mengutip pernyataan Presiden, Mensos menyampaikan bahwa masyarakat harus siap dalam menghadapi bencana.
Pasalnya Indonesia dilewati oleh jalur cincin api sehingga ada daerah-daerah yang rawan terhadap gempa, rawan banjir, rawan longsor, ada daerah juga yang rawan terhadap tsunami, dan bencana-bencana yang lainnya.
"Tidak ada yang tahu kapan bencana datang, namun dengan pengetahuan mitigasi bencana diharapkan dapat membangun masyarakat tanggap bencana. Salah satu edukasinya melalui Tagana Masuk Sekolah ini," katanya.
Belum satu bulan program ini diluncurkan, TMS telah bergulir kencang di berbagai provinsi, kabupaten dan kota.
Di antaranya Belitung Timur Bangka Belitung, Sumedang dan Tasikmalaya Jawa Barat, Ponorogo dan Tuban Jawa Timur, Banjarmasin Kalimantan Selatan, Kepulauan Talaud Sulawesi Utara, Kabupaten Bantul DIY, dan lain-lain.
"Kepada rekan-rekan Tagana di seluruh pelosok nusantara, pemerintah menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas dedikasi dan pengabdian dalam mendorong kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Juga kepada pemprov, kota maupun kabupaten yang membantu memfasilitasi kegiatan ini," kata Mensos.
TMS berlangsung di sekolah-sekolah di berbagai wilayah di Indonesia. Pesertanya bervariasi di setiap sekolah antara 100 hingga 400 orang per titik.
Materi yang diberikan beragam dengan materi dasar upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Di Kabupaten Sleman, Tagana melakukan sosialisasi PRB, Logistik dan Shelter.
Acara yang berlangsung di Bumi Perkemahan Agro Merapi Kabupaten Sleman ini disambut antusiasi peserta. Di Sumedang, TMS diikuti pelajar SMP dengan materi Pengenalan Bencana dan potensinya di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
Peserta juga diajarkan tentang evakuasi sederhana dan mandiri yang bisa dilakukan peserta bila terjadi bencana, baik perorangan maupun kelompok.
Di Tasikmalaya, Jawa Barat, selain memberikan materi dasar pertolongan kepada peserta, TMS juga menyusun peta jalan dan rambu evakuasi, serta rencana pembentukan tim kebencanaan di sekolah.
Sementara di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Tagana mengajarkan tentang potensi kebencanaan di wilayah Kalimantan, Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi dan Angin Puting Beliung, serta simulasi jika terjadi bencana.
"Targetnya adalah peserta mempunyai pengetahuan tentang bencana, potensi dan upaya pengurangan risiko bencana pada tingkatan yg paling sederhana sehingga mereka mampu menyelamatkan diri sendiri dan evakuasi sederhana bila terjadi bencana," kata Menteri.
Sebelumnya dalam rangkaian Program Edukasi Kesiapsiagaan Masyarakat di Pandeglang yang merupakan salah satu wilayah rawan bencana, Presiden Joko Widodo meninjau langsung proses Edukasi Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana.
Edukasi dilakukan di SD Negeri Panimbangjaya 1 Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang diikuti oleh anak-anak dipandu Tagana Kementerian Sosial RI.
Dikatakan Agus, TMS merupakan bagian dari upaya Program Edukasi Kesiapsiagaan Masyarakat. Edukasi Kesiapsiagaan Masyarakat dalam penanggulangan bencana bertujuan mempercepat terbangunnya pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat maupun petugas penanggulangan bencana terhadap potensi dan kemungkinan terjadinya bencana.
Dalam penyelenggaraan program ini, Kementerian Sosial berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, BNPB, Kementerian Lingkungan Hidup, TNI, Polri, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
Pihak sekolah berharap agar kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala dan Tagana dapat membantu terbentuknya Tim Rescue dari para pelajar," kata Mensos. (asm)