Tadabbur Rupa: Menyemarakkan Seni Rupa Islami di Jawa Timur
Oleh Kharisma Nanda Zenmira*
Di bumi Jawa Timur yang subur, nuansa Islam telah mengakar kuat sejak zaman dahulu. Warisan Wali Songo, sembilan sosok mulia yang menjalankan dakwah Islam dengan penuh dedikasi, membentuk fondasi agama yang masih terjaga hingga kini. Di berbagai pelosok pengaruh dakwah mereka terasa nyata, membawa cahaya Islam kepada hati-hati yang haus akan kebenaran.
Lima dari sembilan Wali Songo memegang peran sentral dalam penyebaran agama di Jawa Timur: Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim), Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Giri, dan Sunan Bonang. Mereka adalah pilar utama dalam pembangunan keberagamaan di wilayah ini. Sunan Ampel, misalnya, dikenal sebagai tokoh yang mendorong toleransi antar-agama di Jawa Timur. Sunan Gresik, dengan semangat dakwahnya, berhasil menyebarkan ajaran Islam ke pelosok terpencil. Namun, kehadiran para ulama dan pondok pesantren (ponpes) juga tak bisa dipandang sebelah mata dalam dakwah Islam. Salah satu sosok ulama yang mengukir sejarah besar di Jawa Timur dan Indonesia secara keseluruhan adalah Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari, sebagai salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di dunia. Bersama KH. Abdul Wahab Hasbullah dan KH. Bisri Syansuri, Hasyim Asy’ari meninggalkan jejak tak terhapuskan dalam sejarah kebangkitan agama dan kultural religiusitas.
Selain itu, Jawa Timur dipenuhi dengan ponpes-ponpes bersejarah yang telah berdiri selama berabad-abad. Ponpes Mojosari di Mojosari-Ngepeh, Kabupaten Nganjuk, Ponpes Cangaan di Bangil, Pasuruan, dan Ponpes Sidogiri di Kraton, Pasuruan, adalah beberapa contoh tertua di Indonesia. Ponpes-ponpes ini bukan hanya tempat untuk memperoleh ilmu agama, tetapi juga sebagai pusat pengembangan budaya dan identitas Islam di Jawa Timur.
Dalam konteks ini, seniman-seniman sebagai kreator seni memiliki tanggung jawab besar untuk melestarikan dan mengembangkan warisan kultural dan religiusitas di Jawa Timur. Dalam kekayaan sejarah dakwah Islam dan tradisi Islamiyah yang mengakar kokoh, seni dapat menjadi media yang kuat untuk memperkaya dan meneruskan warisan yang tak ternilai ini kepada generasi selanjutnya. Mereka diharapkan memiliki kesadaran akan nilai-nilai ini dan memanfaatkannya sebagai sumber inspirasi yang tak terhingga.
Seni dapat menggambarkan nilai-nilai Islam dan sejarah dakwah dengan cara yang menginspirasi dan mendalam. Melalui lukisan, musik, puisi, dan berbagai bentuk seni lainnya, seniman dapat menyampaikan pesan-pesan agama dengan keindahan dan kedalaman yang dapat mencapai hati dan jiwa pemirsa. Selain itu, seniman juga dapat menggunakan seni sebagai alat untuk memicu diskusi dan refleksi tentang agama, budaya, dan identitas di masyarakat.
Pada penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-30 Provinsi Jawa Timur tahun 2023, Kota Pasuruan terpilih menjadi tuan rumah. Berbagai persiapan telah dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Pasuruan agar dapat menyajikan pengejawantahan yang baik sebagai tuan rumah.
Hal di atas diindahkan oleh Komunitas Guru Seni dan Seniman Pasuruan (KGSP) dengan mengundang para seniman Jawa Timur, dan didukung oleh pemerintah Kota Pasuruan. Komunitas tersebut menginisiasi sebuah pameran untuk menyambut dan turut menyemarakkan MTQ ke-30 Provinsi Jawa Timur. Agenda dua tahunan yang digadang-gadang butuh 78 tahun lagi untuk Kota Pasuruan kembali menjadi tuan rumah. Maka segala hal dipersiapkan dengan teliti, maksimal, dan menyadari peluang.
Sebanyak 39 orang seniman dari berbagai daerah Jawa Timur menyambut gembira atas undangan KGSP untuk berpartisipasi mengikuti Pameran Lukisan Islami “Tadabbur Rupa”. Mulai dari tuan rumah sendiri; Pasuruan, Malang, Batu, Sidoarjo, Tulungagung, Jombang, Lumajang, Bondowoso, Gresik, Lamongan, hingga Bangkalan.
“TADABBUR RUPA” menjadi tajuk dan tema pada pameran lukisan Islami ini. Tadabbur adalah proses merenungkan atau memahami lebih dalam sesuatu, dalam konteks ini, merujuk pada seni visual atau objek seni. Sedangkan Rupa dalam bahasa Indonesia berarti bentuk atau penampilan visual suatu objek. Tajuk ini membawa sebuah konsep atau praktik seni kepada pemirsa untuk mengamati, merenungkan, memahami dan mengapresiasi keindahan, makna serta pesan yang terkandung dalam sebuah aspek visual.
Lebih jauh lagi, Tadabbur dalam konteks agama Islam sering digunakan untuk merujuk pada tindakan merenungkan pesan dan ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an. Sebuah bentuk refleksi spiritual yang bertujuan untuk memahami makna, hikmah, dan petunjuk yang terkandung dalam ayat suci Al-Qur’an.
Proses Tadabbur melibatkan pemahaman secara lebih dalam daripada sekadar membaca kata dan visual. Hal ini melibatkan renungan makna-makna yang tersembunyi di baliknya, mencari pengertian dan spiritual dari karya tersebut. Tadabbur juga melibatkan penerapan ajaran-ajaran yang dipahami dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat menjadi bentuk refleksi yang mendalam atas spiritual yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Para seniman menyuguhkan karya-karya Islami yang nyalar mencerminkan penghormatan terhadap ajaran Islam yang meliputi ketulusan, kesederhanaan, dan kekhusyukan. Baik dari segi ide, wacana yang ditawarkan, teknik, media dan keunikan atau ke-khas-an ekspresi visualnya. Sehingga karya seni Islami kini tidak lagi sekedar menjadi hiasan atau pelengkap kebendaan semata. Namun lebih jauh dari itu yaitu karya seni bernilai spiritual.
Seni Islami yang bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya dan mencerminkan keragaman budaya Islam di seluruh dunia. Banyak karya seni Islam memiliki nilai religius dan estetika yang tinggi. Para seniman tersebut seringkali menjadi medium untuk mengungkapkan keyakinan, sejarah, dan kebudayaan Islam.
Pendekatan ini barangkali dapat membantu mengijabkan pemahaman, penghargaan, dan penghormatan terhadap keberagaman budaya, khususnya Jawa Timur. Seni pada konteks ini juga dapat menjadi peranti untuk membangun rasa kebanggaan dan identitas kolektif di antara komunitas yang berbeda. Melalui seni, cerita, dan kreativitas, identitas lokal dapat diabadikan dan dihormati, sehingga ragam budaya makin kaya.
Pameran Lukisan Islami "Tadabbur Rupa", yang berlangsung mulai 30 September hingga 8 Oktober 2023 di Gedung Tourism Information Center (TIC) Kota Pasuruan, bukanlah sekadar perhelatan seni biasa. Selain sebagai bagian dari perayaan MTQ ke-30 Provinsi Jawa Timur, pameran ini diharapkan membawa dampak yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, pameran bukan hanya menjadi wadah untuk eksplorasi seni rupa semata, tetapi juga menjadi sarana penting dalam memperkaya warisan budaya dan mengungkapkan pengalaman religius. Ini adalah panggilan kesadaran dan inspirasi bagi seniman dan pemirsa untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh para wali, ulama, dan ajaran bijak bestari yang telah tumbuh subur selama berabad-abad di ponpes-ponpes yang tersebar di Jawa Timur.
Selain itu, diharapkan juga dampak dari pameran ini mencakup aspek pemertahanan budaya, penghargaan terhadap keragaman, penguatan identitas, serta penyemangatan inspirasi kreatif dan pendidikan inklusif. Atmosfer yang tercipta selama pameran berlangsung diharapkan mampu memengaruhi kehidupan secara lebih merasuk. Pameran ini bukan hanya menjadi perayaan seni, melainkan juga sebuah persembahan kepada warisan budaya dan nilai-nilai religius yang menjadi landasan kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa Timur.
Dengan demikian, pameran ini menjadi sebuah ajang untuk merenung, menghormati, dan memahami makna yang terkandung dalam seni dan budaya Islam. Seniman dan pemirsa diajak untuk menyelami kedalaman makna. Melalui refleksi tersebut, masyarakat dapat menggali lebih dalam kekayaan budaya dan spiritual yang telah melandasi eksistensi mereka.
*Kharisma Nanda Zenmira, penulis seni yang tinggal di Purwosari-Kab. Pasuruan
Advertisement